Rabu, 04 November 2009

TEKNIK PENELUSURAN TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENELUSURAN TINJAUAN PUSTAKA
Oleh: Eko Prabowo

3.1 Definisi Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pandagan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang (akan) dilakukan1. Tinjauan literatur adalah serangkaian referensi , bukan bibliografi. Hanya literatur yang telah anda gunakan untuk memperkuat masalah anda saja yang anda masukkan dalam tinjauan literature. Tidak setiap hal yang anda baca tentang masalah anda akan relevan dengan penelitian anda oleh karena itu seharusnya tidak di masukkan dalam tinjauan literature.2

3.2 Kegunaan Tinjauan Pustaka
Suatu tinjauan pustaka mempunyai kegunaan untuk 3 :
1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang (akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian-penelitian tersebut menjawab permasalahan dan merancang metode penelitiannya;
2) Membantu memberi gambaran tentang metoda dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian yang dihadapi;
3) Mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul -judul pustaka yang berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya;
4) Mengenal peneliti -peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang dihadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri karya-karya tulisnya yang lain yang mungkin terkait;
5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat penelitian ini berada;
6) Mengungkapkan ide-ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum kita kenal sebelumya;
7) Membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan berbeda dengan penelitian -penelitian sebelumnya); dan

_________
1. ____. 2008. Tinjauan Pustaka..http://www.google.co.id/webhp di akses pada 24 Agt.2009 jam 11.00WIB.
2. Pamela J.Brink, Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan ( Jakarta, EGC. 1998), hal 47
3. Djunaidi, A. 2000. Penelitian DiTingkat Program Pasca Sarjana.. http://mpkd.ugm.ac.id/adj/support/materi-tinjauan-pustaka.pdf diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB


8) Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah ada pihak-pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik tersebut.

Dalam penjelasan yang hampir serupa, tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu 3:
1) Mengkaji sejarah permasalahan;
2) Membantu pemilihan prosedur penelitian;
3) Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
4) Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
5) Menghindari duplikasi penelitian; dan
6) Menunjang perumusan permasalahan.

Pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan ini mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling kait mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini3:

Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan
Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya). Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian “Latar belakang permasalahan” yang biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan penelitian. Perbedaan dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang ada. Pengkajian kronologis atas penelitian–penelitian yang pernah dilakukan atas permasalahan akan membantu memberi gambaran tentang apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam permasalahan tersebut. Gambaran bermanfaat terutama tentang pendekatan yang dipakai dan hasil yang didapat.

Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian
Dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak untungnya untuk mengkaji prosedur-prosedur (atau pendekatan) yang pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut, kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.

Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan
Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya (unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam bidang atau area permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.

Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu
Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan pustaka yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi. Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat kegunaan 2). Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam memahami tingkat kepercayaan (level of significance) hal-hal yang diacu. Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar yang sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke dalam dua kelompok: 1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature); dan 2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature).

Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian
Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat jelas maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang hasil-hasil penelitian sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui sumber-sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access) dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan bahwa tidak terjadi duplikasi).

Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan
Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif dan bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan penelitian yang diusulkan dengan penelitianpenelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang kemantapannya (justified). Pada beberapa formulir usulan penelitian (seperti misalnya pada formulir Usulan Penelitian DPP FT UGM), bagian kesimpulan ini sengaja dipisahkan tersendiri (agar lebih jelas menonjol) dan ditempatkan sesudah tinjauan pustaka serta diberi judul “Keaslian Penelitian”.

3.3 Guna Konsep Dalam Penelitian
Konsep adalah suatu pengertian dasar dari apa yang akan di teliti 4. Sedangkan toeri terdiri dari kesatuan pengertian konsep dan pernyataan yang sesuai yang akan menyajikan suatu phenomena dan dapat dipergunakan untuk menjalankan, menjelaskan, dan memprediksi atau mengontrol suatu kejadian 4. Landasan teori tersebut akan mendukung kerangka konsepyang akan memberikan landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.5
1
3.4 Isi Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan.3

________
4 Nursalam, Metodelogi Riset Keperawatan (Jakarta. CV.Sagung Seto. 2001), hal 31
5 A. Aziz Alimul H, Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah ( Jakarta, Salemba Medika. 2003), hal 14


Dalam hal organisasi tinjauan pustaka meliputi 3:
1) Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan, biasanya ditunjukan peninjauan dan kriteria penetapan pustaka yang akan ditinjau (dapat diungkapkan dengan sederetan pertanyaan keinginan–tahu).
Pada bagian pendahuluan ini pula dijelaskan tentang organisasi tinjauan pustaka, yaitu pengelompokan secara sistematis dengan menggunakan judul dan sub-judul pembahasan; umumnya, pengelompokan didasarkan pada topik; cara lain, berdasar perioda (waktu, kronologis).

2) Pembahasan
Pembahasan disusun sesuai organisasi yang telah ditetapkan dalam bagian pendahuluan. Pembahasan pustaka perlu dipertimbangkan keterbatasan bahwa tidak mungkkin (tepatnya: tidak perlu) semua pustaka dibahas dengan kerincian yang sama; ada pustaka yang lebih penting dan perlu dibahas lebih rinci daripada pustaka lainnya. Dalam hal ada kemiripan isi, perincian dapat diterapkan pada salah satu pustaka; sedangkan pustaka lainnya cukup disebutkan saja tapi tidak dirinci.

3) Kesimpulan
Tinjauan Pustaka diakhiri dengan kesimpulan atau ringkasan yang menjelaskan tentang “apa arti semua tinjauan pustaka tersebut (what does it all mean?)”. Secara rinci, kesimpulan atau ringkasan tersebut hendaknya memuat jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini, tentang 3:
(1) Status saat ini, mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti (apakah permasalahan sebenarnya telah tuntas terjawab?);
(2) Penelitian-penelitian terdahulu yang dengan permasalahan yang dihadapi (adakah sesuatu dan apakah yang dapat dimanfaatkan?);
(3) Kualitas penelitian-penelitian yang dikaji (mantap atau hanya dapat dipercayai sebagian saja?);
(4) Kedudukan dan peran penelitian yang diusulkan dalam konteks ilmu pengetahuan yang ada.

Lingkup literatur review ( kepustakaan ) :
1) Tipe informasi dan sarana yang tersedia
(1) Theoritical
(2) Empirical literatur
2) Depth dan Bradht dari literatur review
(1) Background peneliti
(2) Penelitian yang komplek
(3) Ketersediaan sources ( sarana )
3) Waktu untuk literatur review
Waktu yang diperlukan untuk literatur review dipengaruhi oleh masalah atau topik yang akan diteliti, sumber yang tersedia dan tujuan peneliti. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk menyusun literatur review.

3.5 Teknik Pencarian Daftar Pustaka
Dibawah ini merupakan teknik pencarian daftar pustaka 6:
1) Cara manual
(1) Mengunjungi perpustakaan;
(2) Mengunjungi tempat-tempat sumber informasi (BPS).
2) Pencarian Pustaka secara elektronis/on-line
Pada saat ini, banyak informasi ilmiah yang tersedia untuk diakses secara elektronis atau on-line. Informasi ilmiah tersebut tersedia dari media seperti: CD-ROM (yang dibaca lewat komputer), pita rekaman suara, pita rekaman video, dan lewat internet. Beberapa keuntungan mencari informasi ilmiah secara on-line, yaitu antara lain: tersedia jutaan informasi dalam bentuk elektronis yang dipasarkan mendunia, publikasi elektronis biasanya lebih baru karena prosesnya lebih cepat daripada publikasi cetak, dan pencarian informasi berkecepatan tinggi (karena menggunakan komputer). Masalah yang saat ini dihadapi adalah beberapa institusi pendidikan belum mempunyai standar pengacuan bagi informasi ilmiah yang didapat dari sumber elektronis.

3.6 Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Kaitan Tinjauan Pustaka dengan Daftar Pustaka dapat di uraikan sebagai berikut 6:
Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: “Tentang hal A dibahas oleh si H dalam buku ...
. . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku .
. . . . “. Peninjauan seperti ini biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh masing masing pustaka secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis).
Penyebutan judul buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidak disarankan. Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan cara yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan nama pengarang dan tahun saja.
Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan, tapi peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar lingkup tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah dengan nomor halaman). Misal: organisasi tinjauan pustaka, tinjauan pustaka, meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan. Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat dengan cara penulisan daftar pustaka.
Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya.Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam tinjauan pustaka:
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”
Dalam daftar pustaka, tertulis:
Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y.
Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam tulisannya. Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam tinjauan pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu terjadi.

__________
6. _____. 2009. Penulisan Tinjauan Pustaka..http://bahankuliah.files.wordpress.com. diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB


Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan dalam tinjauan pustaka (dan daftar pustaka)6 :
1) Penulisan Nama
Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka, nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
(1) Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan narna akhimya saja, dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan dlikuti dengan dkk atau et al:
1. Menurut Calvin (1978) ….
2. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
3. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) …
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumiah 4 orang, yaitu Meisel, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.
(2) Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak boleh hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ….
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.
(3) Nama penulis lebih dari satu sutu kata
Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah narna akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik, atau nama akhir dilkuti dengan suku kata nama depan, tengah, dan seterusnya.
Contoh:
1. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan Takdir.
2. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
(4) Nama dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di antara dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
(5) Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
1. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
2. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D.
2) Derajat kesarjanaan
Derajat kesarjanaan tidak boleh dicantumkan.

3.7 Teknik Penulisan Tinjauan Pustaka
Dalam mengembangkan tinjauan pustakadi perlukan empat tahap7 :
1) Perumusan masalah : topik atau bidang apa yang diperiksa dan apa komponen komponennya?;
2) Pencarian literatur: menemukan bahan yang relevan dengan subjek yang dipelajari;
3) Evaluasi data: menentukan literatur mana yang memberi sumbangan signifikan dalam memahami topik;
4) Analisa dan penafsiran: membahas penemuan dan kesimpulan dari literatur tersebut.

Teknik penulisan literature review dapat di uraikan sebagai berikut 8:
1) Menyeleksi sumber yang sesuai
Sumber yang dipilih berdasarkan kualitas dan hubungan terhadap masalah da tujuan dari penelitian. Analisa masing-masing sumber kan menentukan kualitas dan keuntungan dalam mengembangkan usulan penelitian (proposal).
2) Mengorganisir sumber
Sumber yang akan di masukkan dalam literature review disusun sesuai dengan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber bisa menyediakan background dan signifikasi untuk penelitian dimasukkan ada bab pendahuluan.
Literature review sering ditempatkan pada8:
1) Pendahuluan
Untuk mengidentifikasi focus dan tujuan peneliti, menjelaskan susunan sumber kepustakaan, dan mengidentifikasi urutan sumber, missal dari yang paling sedikit ke yang paling penting. Peneliti harus mencantumkan semua informasi yang relevan untuk memperkenalkan literature review.

__________
6. _____. 2009. Penulisan Tinjauan Pustaka..http://bahankuliah.files.wordpress.com. diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB

2) Theoretical literatur
Meliputi konsep analisis, model, teori dan konsep kerangka yang mendukung tujuan riset. Konsep, hubungan antar konsep dan asumsi disajikan dan dianalisa untuk membangun suatu teori yang sesuai. Bagian ini sering disebut konsep yang sesuai dengan suatu penelitian
3) Empirical literature
Meliputi kualitas riset yang mendukung tujuan riset. Untuk masing-masing tujuan jumlah sample design dan spesifik hasil harus disajikan, tapi perlu adanya kritik mengenai kelebihan dan kekurangan

4) Summary
Meliputi presentasi ilmu current issue berdasarkan pada masalah riset. Perbedaan pengetahuan diidentifikasi dengan diskusi bagaimana topic riset bisa disimpulkan umum.
__________
7. Nursalam, Metodelogi Riset Keperawatan ( Jakarta. CV.Sagung Seto. 2001), hal 29
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Brink, Pamela J. 1998. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan .Jakarta: EGC.
Djunaidi, A. 2000. Penelitian DiTingkat Program Pasca Sarjana.
http://mpkd.ugm.ac.id/adj/support/materi-tinjauan-pustaka.pdf diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB
Nursalam. 2001. Metodelogi Riset Keperawatan.Jakarta: CV.Sagung Seto.
____. 2008. Tinjauan Pustaka..http://www.google.co.id/webhp diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB
_____. 2009. Penulisan Tinjauan Pustaka.. http://bahankuliah.files.wordpress.com diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB
_____. 2009. Tinjauan Pustaka.. http://skripsiq.blogspot.com/2009/08/tinjauan-pustaka.html diakses pada 24 Agt. 2009 jam 11.00 WIB

Jumat, 04 September 2009

LATAR BELAKANG MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

LATAR BELAKANG MASALAH
DAN PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Oleh: Ekoprabowo
Disampaikan dalam pembelajaran mata kuliah pengantar riset keperawatan di Akper Rustida Krikilan Banyuwangi

2.1 Definisi Masalah Penelitan
Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2002:51), masalah adalah titik tolak dari setiap kegiatan penelitian, sebab bagi seorang peneliti “masalah” merupakan undangan untuk melakukan penelitian. Pada saat dan situasi sekarang ini dimana kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah begitu tinggi, tetapi dipihak lain masalah semakin banyak dan kompleks pula. Hal ini juga berarti perlu perhatian dan penanganan dari kita untuk pemecahan masalah-masalah tersebut. Sedangkan penelitian adalah bagian dari proses pemecahan masalah.
Masalah adalah suatu kesenjangan (gap), antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang suatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya terjadi, antara haerapan dan kenyataan. Misalnya, seharusnya untuk mencapai masyarakat yang sehat, semua anggota masyarakat harus membuang kotoran di kakus, harus minum air yang bersih, makan makanan yang bergizi cukup, dan sebagainya. Tetapi pada kenyataannya banyak anggota masyarakat yang buang air besar di kebun atau kali, minum air yang tidak bersih dan tidak dimasak, makan yang hanya ala kadarnya dan sebagainya. Hal ini berarti ada kesenjangan dan ini adalah satu masalah kesehatan masyarakat.
Masalah penelitian adalah suatu kondisi yang memerlukan pemecahan atau alternatif pemecahan, baik buruknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh resarch problem. Masalah riset biasanya didapatkan dari topik yang secara luas berhubungan dengan keperawatan.mengingat dalam topik sudah ada area masalah, maka dalam melakukan identifikasi masalah hendaknya tidak dicantumkan dalam topik (Nursalam, 2003, 42).
Pada hakikatnya masalah penelitian kesehatan adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang muncul dalam bidang kesehatan kedokteran yang perlu diatasi dan dipecahkan. Dari sini dapat dilihat bahwa dibidang kesehatan atau kedokteran, masalah tersebut sangat banyak dan kompleks dan bahkan tidak terbatas.
2.2 Syarat Masalah Penelitian
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2000:23) syarat masalah penelitian harus mengandung unsur FINER:
F = Feasible
1. Tersedia subjek penelitian
2. Tersedia dana
3. Tersedia alat, waktu dan keahlian
I = Interesting
Masalah hendaknya menarik untuk diteliti
N = NOVEL
1. Membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu
2. Melengkapi, mengembangkan hasil penelitian terdahulu
3. Menemukan sesuatu yang baru
E = ETHICAL
Tidak bertentangan dengan etika, khususnya etika keperawatan
R = RELEVANT
1. Bagi perkembangan IPTEK
2. Untuk peningkatan asuhan kesehatan atau keerawatan dan kebijaksanaan kesehatan
Sementara itu menurut (Soedigdo Sastroasmoro, 2002: 55), apabila kita akan melakukan penelitian, pertanyaan yang pertama harus dijawab adalah masalah apa yang layak untuk diteliti. Dibawah ini syarat-syarat masalah penelitian:
1. Masih Baru
Pengertian “baru” disini maksudnya ialah maslah tersebut belum pernah diungkapkan atau belum dilakukan penelitian oleh orang lain. Dengan kata lain masalah tersebut masih hangat-hangatnya di masyarakat.hal ini penting agar tidak terjadi usaha yang sia-sia karna sudah dilakukan orang lain.disinilah perlunya banyak membaca literatur atau publikasi penelitian laian atau diskusi dengan pihak-pihak lain.tanpa banyak membaca, kita tidak tahu apakah masalah penelitian kita sudah dijawab oleh penelitian lain atau belum.
2. Aktual
Masalah penelitian yang aktual disini diartikan masalah tersebut benar-benar terjadi atau berlangsung di dalam masyarakat. Masalah penelitian tidak boleh mengawang atau tidak berpijak pada kenyataan di masyarakat. Hal ini juga bahwa masalah tersebut harus menjadi masalah masyarakat, bukan maslah peneliti. Untuk memperoleh masalah yang aktual ini penulis harus banyak melakukan kunjungan lapangan, berdialog dengan masyarakat, atau dengan ahli-ahli yang bersangkutan dengan bidang yang akan diteliti.
3. Praktis
Suatu penelitian untuk kepentingan apapun dan jenis penelitia apapun selalu memerlukan sumber daya, baik tenaga, pikiran, biaya, dan waktu. Untuk itu masalah penelitian tersebut harus mempunyai nilai yang praktis, artinya hasil penelitian tersebut harus dapat menunjang kegiatan praktis.masalah yang tidak mempunyai kepentingan praktis, tidak layak untuk diangkat untuk menjadi masalah penelitian, sebab hanya merupakan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya saja.
4. Memadai
Masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan menghasilkan penelitian yang jelas dan juga akan memakan sumberdaya yang besar. Sebaliknya masalah yang terlalu sempit akan menghasilkan sesuatu yang kurang berbobot. Oleh sebab itu, masalah harus dibatasi, disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia meskipun tidak terlalu sempit. Dengan kata lain, maslah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian tersebut harus memadai.
5. Sesuai dengan Kemampuan Peneliti
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan dibidang yang akan ditelitinya. Apabila dia tidak mempunyai kemampuan-kemampuan tersebut, sudah barang tentu hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis. Seorang yang akan meneliti dibidang kesehatan atau kedokteran, dengan sendirinya harus mengetahui pengetahuan tentang kesehatan dan kedokteran.
6. Sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang pemerintah, ataupun adat istiadat masyarakat, tidak dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Sebab masalah-masalah ini disamping bertentangan dengan kebijaksanaan tersebut, juga dapat mengundang kekuatan sosial maupun politik yang dapaat merintangi dan menghambat jalannya penelitian.
7. Ada yang Mendukung
Seperti telah disebutkan diatas, bahwa penelitian apapun memerlukan biaya dan biaya ini biasanya dapat diperoleh dari instansi-instansi pendukung atau sponsor, baik swasta maupun pemerintah. Agar penelitian tersebut dapat dibiayai dengan sponsor maka masalah yang dipilih harus disesuaikan dengan masalah yang dirasakan oleh para sponsor tersebut.
Kriteria-kriteria ini bukanlah kriteria untuk memilih topik penelitian, tetapi kriteria untuk memilih masalah yang akan dijadikan titik tolak untuk meneliti. Dengan dipilihnya masalah penelitian yang berdasarkan kriteria tersebut diharapkan akan menghasilkan kegiatan penelitian yang relevan dengan kebutuhan program dibidang yang bersangkutan.
Sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, pernyataan-pernyataan dibawah ini kiranya perlu dijawab agar dapat membantu kita dalam pemilihan masalah yang relevan.
1. Apakah masalah yang akan kita teliti itu merupakan masalah yang sedang hangat didalam masyarakat pada saat ini?
2. Apakah masalah tersebut benar-benar ada didalam masyarakat, atau apakah aktual?
3. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah tersebut?
4. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompok tertentu, misalnya ibu hamil, bayi, atau anak balita?
5. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan, atau ekonomi yang luas?
6. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan aktivitas program yang sedang berjalan?
7. Siapa lagi yang tertarik atau terlibat pada masalah tersebut?

2.3 Sumber-sumber masalah penelitian
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2000:16), permasalahan riset bisa didapatkan dari berbagai sumber, akan tetapi dalam pemilihan sumber harus selektif, aktif, dan imajinatif dalam penggunaannya. Moody, Vera, Blanks, dan Visseher (1989) meneliti tentang sumber-sumber permasalahan didapatkan dari:
1) 87% dari pengalaman praktek klinik
2) 57% dari literatur (kepustakaan)
3) 46% dari interaksi dan diskusi dengan teman sejawat
4) 28% dari interaksi dengan murid dan
5) 9% dari prioritas dana
Sementara itu menurut Sanapiah Faisal (1982: 52) sumber-sumber masalah dalam penelitian adalah:
1) Fenomena pendidikan di ruang kuliah, di sekolah, dan di masyarakat.
2) Perubahan teknologi dan pengembangan kurikulum, selamanya membawa problem baru dan kesempatan baru bagi suatu kerja penelitian.
3) Pengalaman-pengalaman akademis itu sendiri, seharusnya bisa menstimulir sikap bertanya terhadap berbagai praktek pendidikan yang berlaku luas di masyarakat.
4) Berkonsultasi dengan dosen-dosen pengajar, dosen-dosen penasehat atau seorang guru besar, juga berguna dan juga merupakan sumber pula didalam rangka menemuikan masalah peneltian.
2.4 Syarat-syarat penulisan latar belakang
Menurut Hendratmo (2006) dalam blognya di situs http://www.hdn.or.id/index.php/artikel/2006/menulis_latar_belakang, menyatakan bahwa dalam menulis sebuah proposal, skripsi, tesis, dan tulisan formal lain yang sejenisnya (selanjutnya kita sebut sebagai Tulisan), biasanya ada satu bagian yang namanya "Latar Belakang". Latar belakang ini pada umumnya ada di bagian pertama pada Tulisan, atau di BAB Pendahuluan. Namun tidak jarang di antara kita merasa bingung apa yang harus ditulis pada bagian "Latar Belakang" itu. Sehingga banyak di antara kita yang menganggap bahwa Latar Belakang itu sekedar basa-basi, tidak relevan dengan isi Tulisan, atau sekedar pembukaan biasa.
Padahal Latar Belakang justru bagian yang penting sebagai titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai apa penyebab munculnya tulisan kita. Dari Latar Belakang lah dapat kita perlihatkan sebuah "milestone" kepada pembaca. Latar Belakang lah yang memberikan penjelasan rasional mengenai penyebab mengapa Tulisan kita muncul.
Latar belakang terdiri dari tiga unsur, yaitu:
1) Kondisi ideal
Kondisi ideal menggambarkan sebuah keadaan yang menjadi tujuan, dicita-citakan, atau impian. Dalam sebuah organisasi, kondisi ideal biasanya diuraikan dalam sebuah visi misi. Kondisi ideal juga bisa berarti suatu kondisi jangka pendek / jangka menengah / jangka panjang yang ingin dicapai, khususnya yang berkaitan dengan Tulisan yang akan Anda rumuskan. Ibaratnya perjalanan, kondisi ideal ini adalah kota tujuan yang ingin dicapai.
2) Kondisi saat ini
Kondisi saat ini menggambarkan keadaan yang secara realita benar-benar terjadi pada saat ini. Uraikan kondisi realita tersebut, terutama yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dirumuskan. Dan nantinya akan dikaitkan dengan kondisi ideal di atas, akan ditarik benang merahnya. Ibaratnya perjalanan, kondisi saat ini adalah ungkapan tentang: sudah sampai mana perjalanan kita, apakah sudah sampai 10 KM, sudah sampai kota X, atau bahkan belum jalan sama sekali.
3) Solusi / suatu hal untuk mengatasi gap antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal
Pada bagian ini, barulah diuraikan hal-hal yang akan dilakukan/ditulis/diteliti/dll dalam rangka mengatasi gap antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal yang ingin dicapai. Ibaratnya perjalanan, solusi ini adalah usaha yang akan kita lakukan untuk menuju kota tujuan dari posisi perjalanan kita saat ini. Solusi inilah yang akan menjadi inti dari Tulisan kita nanti. Setelah semua diuraikan dalam Latar Belakang, barulah sub-bab berikutnya. Misalnya sub-bab permasalahan yang menggambarkan masalah apa saja yang mungkin akan dihadapi dalam melaksanakan solusi/Tulisan yang akan dikerjakan.
Menurut Ir. Balza Achmad, M.Sc.E (2005) syarat penulisan latar belakang antara lain:
1) Latar belakang masalah bersifat konvergen (mulai yang umum ke hal yang semakin khusus).
2) Memuat jawaban atas pertanyaan2 berikut: Apa masalah yang ada dari topik yang akan diteliti?
(1) Usaha-usaha penyelesaian apa sajakah yang pernah dilakukan? (sampaikan secara ringkas, detilnya ada di Tinjauan Pustaka)
(2) Permasalahan apa yang masih tertinggal setelah usaha-usaha di atas? (atau: usaha di atas menimbulkan permasalahan apa lagi?)
(3) Permasalahan apa yang akan diselesaikan dalam penelitian ini?
(4) Cara penyelesaian bagaimana yang diusulkan dalam penelitian ini?
(5) Mengapa cara penyelesaian tersebut diusulkan? (dapat menyangkut manfaat/ keuntungan atau apa yang membuat yakin bahwa penelitian tersebut dapat dilakukan; jika mengacu penelitian lain sampaikan secara ringkas, detilnya ada di Tinjauan Pustaka)
(6) Apa beda penelitian tersebut dengan yang lain (menyangkut keaslian penelitian)
3) Dengan demikian latar belakang masalah harus cukup komprehensif (tidak mungkin ditulis hanya dalam 1-2 halaman)
Untuk menjaga keaslian penelitian, harus disampaikan cukup bukti bahwa telah melakukan kajian literatur yang cukup mengenai penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (untuk S1: 10-20 judul, sebanyak mungkin berupa paper jurnal, seminar, skripsi, laporan penelitian dengan tahun penerbitan yang baru; jangan terlalu banyak buku teks; bahan dari internet dibatasi untuk sumber yang layak dipercaya dan sebisa mungkin ada nama penulis, tahun, serta medianya)
Menurut Sambodo (2007) dalam jurnalnya mengatakan: sebenarnya, latar belakang penelitian merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal itu menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif. Alasan objektif merupakan alasan yang langsung menyangkut topik penelitian dengan objek yang akan diteliti. Secara objektif, alasan penelitian dilakukan dapat dikategorikan menjadi beberapa hal yaitu :
1) Arti penting atau peranan topik pembicaraan/ penelitian
Maksudnya, topik pembicaraan/penelitian yang diangkat akan memberikan manfaat dan peranan yang penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan kehidupan sehingga hal tersebut harus diteliti.
(1) Perlunya pengembangan/peningkatan di bidang topik penelitian
Ini merupakan lanjutan dari penelitian/ hasil/teknologi yang telah ada terdahulu. Dengan pengembangan penelitian yang dilakukan akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar bagi ilmu pengetahuan, ditemukannya metode/teknologi baru yang lebih efektif, dan lain-lain yang merupakan hasil tindak lanjut dari yang sudah ada sebelumnya.
(2) Perlunya saran/masukan sebagai bahan pembinaan/ peningkatan/ pengembangan di bidang topik penelitian.
Ini merupakan penelitian yang akan dilakukan untuk menguji ulang atau mendapatkan hasil yang baru sesuai dengan topik penelitian yang sama. Sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan berguna sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan/pengembangan hasil penelitian tersebut.
(3) Perlunya penelitian dilakukan untuk alasan kemanfaatan praktis (terapan, keterampilan, pengetahuan, dll) atau alasan kemanfaatan keilmuan (pengembangan teori, dll).
Latar belakang secara objektif kebanyakan merupakan alasan yang diperoleh karena masalah yang akan menjadi topik penelitian sudah ada sebelumnya, atau sudah diangkat sebelumnya. Sehingga dalam latar belakang penelitian, perlu diberikan tinjauan pustaka, data-data kuantitatif maupun kualtatif serta acuan berbagai masalah yang berkaitan dengan objek atau topik penelitian anda. Secara garis besar, dalam latar belakang diberikan informasi baik dari acuan pustaka maupun hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap topik penelitian itu. Contoh latar belakang penelitian secara objektif adalah sebagai berikut.
2.5 Syarat Penulisan Pertanyaan Penelitian
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2000: 105) Setelah masalah dirumuskan, peneliti perlu menyusun suatu pertanyaan atau hipotesa penelitian. Pertanyaan penelitian setidaknya harus mengandung unsur Q: Question, S:Specific dan S:Separated.
Contoh penulisan pertanyaan;
“Apakah faktor demografi berpengaruh terhadap adaptasi tentang gangguan konsep diri pada klien pasca mastektomi?”
“Apakah kejelasan pemberian informasi pre operasi berpengaruh terhadap gangguan konsep diri pada klien pasca mastektomi?”
Menurut Achmad Djunaedi (2002:15) meskipun dapat berupa kalimat berita, sebaiknya pertanyaan penelitian berupa kalimat tanya (yang diakhiri dengan tanda tanya). Bila pertanyaan penelitian lebih dari satu, maka semua pertanyaan haruslah berada dalam satu “payung” (satu sistem). Bila tidak, maka akan terasa mengerjakan dua tesis sekaligus atau lebih. Untuk memperjelas “payung” tersebut dapat pula ditulis satu pertanyaan besar yang memayungi sejumlah pertanyaan kecil. Bila perlu, beri penjelasan tentang beberapa istilah dan letakkan penjelasan tersebut di bawah daftar pertanyaan penelitian.
Menurut ( Nursalam, 2003:44 ) Burn & Grove mengemukakan 5 pertanyaan yang perlu dijawab sebelum merumuskan pertanyaan penelitian.
1 Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada situasi ini.
2 Dimana letak kesenjangannya.
3 Informasi apa yang dibutuhkan untuk mencari masalah ini.
4 Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik.
5 Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Sedangkan menurut Polit & Hungler yang dikutip oleh (Nursalam, 2003: 44), syarat penulisan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1 Apakah research question ini berhubungan dengan teori atau praktek ? ( substansi)
2 Bagaimana pertanyaan akan bisa dijawab ?(metodologis)
3 Apakah tersedia sarana dan prasarana yang memadai ( partical demensions )
4 Dapatkah pertanyaan ini dijelaskan secara konsisten dengan berdasarkan pada ethical issue ? ( ethical dimensions)

2.6 Penulisan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penulisan Tujuan Penelitian
Menurut Sutikno Slamet (2008) yang diposting melalui http://tesis-disertasi.blogspot.com/2008/04/kegunaanmanfaat-penelitian.html, tujuan penelitian harus sejalan dan sinkron dengan masalah penelitian yang sudah diformulasikan dalam bentuk rumusan masalah.
Contohnya :
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk :
1) Mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai PT. X
2) Mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerja pegawai PT. X
3) Mengetahui pengaruh motivasi dan kompensasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai PT. X
Tujuan penelitian harus relevan dan harus mengacu pada masalah yang telah dirumuskan.adanya tujuan yang jelas akan mempermudah penelitian untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, tujuan penelitian harus jelas,ringkas dan ditulis menggunakan kata kerja operasional seperti : mengidentifikasi,mempelajari,mencari menganalisis, membuktikan, mengembangkan, dan lain-lain.
Apabila rumusan masalah menyangkut hubungan maka tujuan hendaknya menyangkut persoalan hubungan.dalam riset keperawatan tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan tujuan khusus (Aziz Alimul Hidayat, 2007)
1) Tujuan Umum
Di dalam tujuan umum (ultimate goal,ultimate objektive) di nyatakan secara kategoris apakah tujuan akhir penelitian yang hendak dilaksanakan tersebut yang mungkin merupakan aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang (Sudigdo Sastroasmoro, 1995)


2) Tujuan Khusus
Dalam tujuan khusus (spesifik objective) disebutkan secara tajam hal-hal yang akan langsung di ukur,di nilai atau diperoleh dari penelitian.tujuan umum dan tujuan khusus yang hanya berdiri dari satu atau dua butir saja,mungkain cukup di tulis secara naratif di dalam satu kalimat.tetapi bila ada banyak butir dan sub butir maka perlu di pecah dan di beri nomor,agar lebih mudah di mengerti (Sudigdo Sastroasmoro, 1995)
2. Penulisan Manfaat Penilitan
Menurut Sutikno Slamet (2008) yang diposting melalui http://tesis-disertasi.blogspot.com/2008/04/kegunaanmanfaat-penelitian.html, bahwa kegunaan/manfaat penelitian umumnya dipilah menjadi dua kategori, yaitu teoritis/akademis dan praktis/fragmatis. Kegunaan teoritis/akademis terkait dengan kontribusi tertentu dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan kegunaan praktis/fragmatis berkaitan dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian terhadap obyek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi.
Contohnya :
Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan dapat memberikan dua kegunaan, yaitu :
1) Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia, khususnya yang terkait dengan pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap kinerja pegawai PT. X.
2) Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi PT. X dalam meningkatkan kinerja pegawainya, khususnya melalui perspektif motivasi dan kompensasi.

2.7 Penulisan Relevansi Penelitian
Relevensi menunjukan keterkaitan antara penelitian yang telah dilakukan dengan isu saat ini khususnya isu keperawatan, kemajuan ilmu dan tekhnologi, kebijakan kesehatan atau sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut. ( A. aziz Alimul Hidayat, 2007:53 )
Menurut Nursalam dan Siti Pariani (2000:105) menyebutkan bahwa pada tahap ini peneliti harus dapat memprediksi hasil penelitian yang akan dilakukan, apakah relevan dengan “issues” yang sekarang ini; kemajuan ilmu dan teknologi; kebijaksanaan kesehatan, atau sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut.



DAFTAR PUSTAKA


Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya
Nursalam@Siti Pariani. 2000. Metodologi Riset Keperawatan. CV Info Medika : Surabaya
Nursalam, 2003,
Sastroasmoro, Sudigdo.1995.Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.Binarupa Aksara : Jakarta
_________ (2006) TipsMenulis Latar Belakang, http://www.hdn.or.id/index.php/artikel/2006/menulis_latar_belakang, diakses tanggal 04 September 2009, jam 10.50
_________ (2006) Kegunaan/Manfaat Penelitian, http://tesis-disertasi.blogspot.com/2008/04/kegunaanmanfaat-penelitian.html, diakses tanggal 04 September 2009, jam 10.50

Senin, 31 Agustus 2009

KONSEP JUDUL PENELITIAN

Konsep Judul Penelitian
Disusun Oleh: Eko Prabowo
Sebagai bahan kuliah Pengantar Riset Keperawatan

1.1 Definisi Judul Penelitian
Judul merupakan cermin dari keseluruhan isi karya ilmiah, dalam membuat judul penelitian keperawatan hendaknya bersifat menjelaskan diri, menarik sehingga orang langsung menduga materi dan masalah dan materi apa yang di teliti. Dapat memberikan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan dan ruang lingkup penelitian (A.Aziz Alimul H, 2003 ; 12)
Judul adalah pencerminan dari tujuan penelitian. Oleh karena tujuan penelitian itu di rumuskan dari masalah penelitian atau dengan kata lain tujuan penelitian merupakan jawaban sementara dari pernyataan penelitian, maka judul penelitian juga mencerminkan masalah penelitian (Soekidjo Notoadmodjo, 1993; 38)
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa judul adalah pencerminan dari keseluruhan isi karya ilmiah yang bersifat menjelaskan diri, menarik sehingga orang langsung menduga materi dan masalah dan materi apa yang diteliti, penjabaran dari topik yang lebih spesifik dan sering menyiratkan variabel yang akan dibahas.

1.2 Syarat Judul Penelitian
Menurut Suharsimi (1998;3) ada orang yang berpendapat bahwa sebaiknya judul penelitian ditulis selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak peneliti dengan kegiatannya itu.sebaliknya, orang lain berpendapat bahwa judul penelitian sebaiknya sesingkat mungkin. Jika pembaca ingin tahu apa yang dimaksud lebih lanjut harus membaca penjelasan dibagian lain.
Judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup:
1 Sifat dan jenis penelitian
2 Objek yang diteliti
3 Subjek penelitian
4 Lokasi/daerah penelitian
5 Tahun/waktu terjadinya peristiwa
Sementara itu pendapat A.Aziz Alimul H (2003; 12), secara umum syarat judul penelitian yang baik antara lain :
1. Menarik minat peneliti
Judul yang menarik dan diminati oleh peneliti akan memberikan motivasi tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya.judul dalam penelitian keperawatan dapat disesuaikan dengan masalah keperawatan pasien dalam asuhan keperawatan.

2. Mampu dilaksanakan oleh peneliti
Judul yang mudah dilaksanakan oleh peneliti akan memperlancar dalam proses penelitian sehingga hambatan selama dalam proses penelitian dalam proses penelitian dapat diatasi dengan mudah.
3. Mengandung kegunaan praktis dan penting untuk diteliti
Judul seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ilmu dan hasilnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
4. Cukup tersedia data
Judul hendaknya memungkinkan tersedianya data yang dapat memudahkan para peneliti,sehingga tidak membebani dalam proses penelitian.
5. Hindari publikasi dengan judul lain
Judul tidak sama dengan judul lain,namun untuk pengembangan penelitian sebaiknya menggunakan judul yang lebih spesifik.
6. Berisi variabel yang akan diteliti
Judul hendaknya mengandung dua unsur variabel yang akan diteliti,mengingat judul merupakan bagian dari keseluruhan isi penelitian.
7. Berupa kalimat pertanyaan
Judul sebaiknya kalimat pernyataan sebab akan lebih baik memudahkan untuk untuk dipahami oleh pembaca.
8. Jelas, singkat, dan tepat
Judul hendaknya mengandung kejelasan isi, singkat, dan tepat terhadap masalah yang akan diteliti, sifat jelas, singkat dan tepat akan lebih memudahkan seseorang untuk memahami isi secara keseluruhan apa yang akan diteliti.

1.3 Komponen judul penelitian
Menurut Suharsini Arikunto (1998. Hal: 32), didalam merumuskan sebuah judul penelitian, ada yang berpendapat bahwa sebaiknya judul penelitian ditulis selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak peneliti dengan kegiatannya itu. Namun sebaliknya, adapula yang berpendapat bahwa judul penelitian sebaiknya sesingkat mungkin. Jika pembaca ingin tahu apa yang dimaksud lebih lanjut harus membaca penjelasan di bagian lain. Dan untuk judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup beberapa komponen antaralain :
1. Sifat dan jenis penelitian
Dalam artikel dengan judul jenis-jenis penelitian yang beralamat di http://indiwan.blogspot.com/2007/09/jenis-jenis-penelitian.html, penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian misalnya:


1) Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)
Adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
(1) Penelitian historis
Menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut: atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
(2) Penelitian deskriptif
Adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
2) Penelitian teoritis
Adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
3) Penelitian ekperimental
Adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
4) Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak)
Adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
2. Objek yang diteliti
Dalam artikel yang berjudul syarat-syarat objek dan subjek mencapai pengetahuan dengan alamat di http://safilsof.multiply.com/journal/item/1, baik subjek dan objek memiliki suatu kondisi tertentu agar keduanya dapat saling berinteraksi hingga mencapai suatu pengetahuan. Subjek dalam pembahasan ini adalah manusia sedangkan objek ialah benda yang terlihat dan tidak terlihat (di dalam konsep), dan manusia. Keduanya memiliki kontribusi dalam menghasilkan pengetahuan yang nantinya akan berguna bagi manusia. Meski objek cenderung bersifat pasif namun ia memiliki karakteristik tertentu sehingga ia dapat diabstraksikan dalam bentuk konsep. Suatu hal dapat dilihat sebagai suatu objek jika mempunyai beberapa kriteria berikut antara lain :
1) Eidos
Apa yang menyebabkan materi itu diketahui ialah karena materi itu memiliki eidos. Eidos ialah bentuk, konsep, gagasan dari materi, apa yang membentuk materi sehingga materi tersebut memiliki kekhasan tertentu atau fisionomi khas. Dengan tujuan, orientasi dan arti benda maka ia bukan hanya berupa kodrat saja tetapi memberi kegiatan dan tujuan tertentu. Jadi, ia menangkap signifikansi dari benda itu. Misalnya, kursi, mengapa dan untuk apa kursi dibuat.
2) Progresif
Progresif ialah suatu kondisi yang terbuka akan materi lain selain materi biasa. Dalam ilmu pengetahuan sosial, objek dari penelitian ialah manusia. Dengan progresif, manusia sebagai objek harus diperlakukan secar hormat dan simpati. Jangan sampai kita memperlakukan mereka seperti benda yang pasif.
3. Subjek penelitian
Dalam Dalam artikel yang berjudul syarat-syarat objek dan subjek mencapai pengetahuan dengan alamat di http://safilsof.multiply.com/journal/item/1, suatu subjek mempunyai kriteria sebagai berikut :
1) Keterbukaan
Keterbukaan ialah sebuah kondisi di mana manusia sadar akan eksistensi atau keberadaan dan kodrat realitas. Hal ini yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan karena mereka tinggal terkurung dan tertutup dalam dirinya. Kalau tumbuh-tumbuhan, meski ia hidup, namun ia pasif. Sedangkan hewan hanya bisa mengikuti insting mereka saja. Manusia dapat berkesadaran karena ia memiliki intelegensi. Dengan intelegensi, ia memiliki kemampuan untuk menyempurnakan pengetahuan yang ia dapat. Selain itu, ia memiliki kemampuan indra batin yaitu ingatan dan imajinasi serta kemampuan afektifitas. Manusia memiliki “keakuan” terhadap dirinya. Oleh karena itu, manusia dalam proses hidupnya mencari jati diri masing-masing. Apabila kesadaran tidak ada maka pengetahuan tidak akan dimungkinkan. Subjek harus mengenal dirinya sendiri sebelum ia mengenal dan membuat sesuatu. Tetapi subjek juga harus berupaya agar ia mengerti sesuatunya itu lebih spesifik dan mendalam.
2) Kemampuan Menyambut
Kemampuan menyambut ialah sebuah kondisi di mana objek mempengaruhi eksistensi subjek. Setelah terpengaruh oleh objek, hasilnya ialah berupa ingatan, gambar dan ide. Apabila seseorang memiliki ketertarikan berupa penyambutan yang lebih baik maka ia akan lebih mengetahuinya secara mendalam dari pada seseorang tidak mempunyai ketertarikan.


3) Interioritas
Interioritas ialah kondisi dimana rasa keingintahuan dari kemampuan menyambut mengisi ruang pengetahuannya. Semakin banyak ia mengetahui maka semakin banyak pula pengetahuan yang manusia dapatkan.
4) Dimensi supramaterial
Dimensi supramaterial adalah asal usul dari 3 karakter di atas. Bila di satu pihak materi ialah yang membatasi, maka di pihak manusia ia mengatasi. Bila materi itu pasif maka manusia itu aktif. Ia menyambut dan mengatasi materi tersebut. Dengan intelektualitas manusia, ia dapat mengatasi materi itu. Setelah manusia mengatasi dengan cara abstraksi, maka konsep-konsep tersimpan ke dalam ingatan. Di dalam ingatan, yang ada tidak hanya benda materi yang sudah dikonsepkan saja karena manusia terpacu dengan daya kreatifitasnya sehingga manusia melakukan imajinasi terhadap konsep tadi. Manusia melengkapi, dan ia memperbanyak pengetahuan.
4. Lokasi/daerah penelitian
Dalam artikel Penyusunan IPD dan DO dalampenelitian survey dengan alamat di http://unhalu.ac.id/staff/pallawagau/, peneliti perlu memahami secara mendalam tentang tipe, ruang lingkup dan karakteristik komunitas yang akan menjadi lokasi survai. Hal ini diperlukan sebagai pertimbangan peneliti dalam rangka mengatasi masalah yang akan dihadapi dan persiapan teknik operasional kegi¬atan survai menyangkut personil, keuangan, perlengkapan, akomo¬dasi, dan sebagainya. Perencanaan yang akurat mengenai berbagai aspek tersebut akan sangat membantu peneliti dan memperlancar survai yang akan dilaksanakan.
5. Tahun/waktu terjadinya peristiw
Dalam artikel Penyusunan dan Bagian-Bagian dalam Metodologi / Metode Penelitian (research method) dengan alamat di http://mepow.wordpress.com/2009/06/24/tips-menyusun-metodologi-metode-penelitian-skrips, waktu dan tempat penelitian mutlak harus dicantumkan dalam metodologi penelitian (metode penelitian). Waktu adalah watu keseluruhan dari jalannya penelitian yang berkaitan dengan pengambilan data saat penelitian. Sedangkan apabila tidak berkaitan dengan waktu-waktu khusus seperti itu, maka dicantumkan waktu dari awal dilaksanaknnya penelitian sampai akhir penelitian.






DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz (2003), Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo, Soekidjo. (1993), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Suharsimi, Arikunto. (1998), Prosedur Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

_______(2007), Jenis-Jenis Penelitian, http://indiwan.blogspot.com/2007/09/jenis-jenis-penelitian.html, (diakses tanggal 29 Agustus 2009 jam 11.01 WIB)

_______(2008), Syarat-Syarat Objek Dan Subjek Mencapai Pengetahuan, http://safilsof.multiply.com/journal/item/1/Syarat-syarat_Objek_dan_Subjek_Mencapai_Pengetahuan, (diakses tanggal 29 Agustus 2009 jam 11.05 WIB)

_______(2009), Penyusunan Ipd Dan Do Dalam Penelitian Survey, http://unhalu.ac.id/staff/pallawagau/?p=146, (diakses tanggal 29 Agustus 2009 jam 11.09 WIB)

_______(2009), Penyusunan dan Bagian-Bagian dalam Metodologi / Metode Penelitian (research method), http://mepow.wordpress.com/2009/06/24/tips-menyusun-metodologi-metode-penelitian-skripsi-tesis/, (diakses tanggal 29 Agustus 2009 jam 11.12 WIB)

Rabu, 26 Agustus 2009

TUGAS KEPERAWATAN JIWA I TH 2009

TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN JIWA 1

A. DESKRIPSI TUGAS
1. Hubungan Perawat-Klien Terapeutik dalam keperawatan Kesehatan jiwa.
a. Sifat sifat hubungan
b. Fase hubungan perawat klien
c. Komunikasi efektif
d. Dimensi respon hubungan Perawat-Klien.
e. Dimensi aksi hubungan perawat klien terapeutik
2. Gangguan jiwa pada anak dan remaja
a. Macam gangguan jiwa pada anak dan remaja.
b. Asuhan keperawatan gangguan jiwa pada anak dan remaja
3. Asuhan keperawatan klien kehilangan dan berduka (loss and grief)
a. Definisi
b. Kategori kehilangan
c. Proses kehilangan
d. Prespektif agama terhadap kehilangan
e. Fase-fase kehilangan
f. Contoh stressor dan bentuk kehilangan di indonesia
g. Pengkajian (faktor predisposisi, genetic, kesehatan jasmani, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa lalu, struktur kepribadian, faktor presipitasi, perilaku, mekanisme koping)
h. Diagnosa keperawatan
i. Perencanaan
j. Prinsip keperawatan pada anak dengan respon kehilangan
k. Prinsip keperawatan pada orangtua dengan respon kehilangan (kematian anak)
l. Pelaksanaan
4. Askep pasien dengan krisi
a. Definisi
b. Faktor pencetus terjadinya krisis
c. Faktor pengimbang ( balancing factory ) krisis
d. Faktor risiko krisis
e. Macam-macam krisis
f. Tipe – tipe krisis
g. Fase Krisis
h. Intervensi krisis
i. Pengkajian( peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul, mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian, data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase
respon terhadap masalah musibah yang dialami, respon)
j. Diagnosa keperawatan
k. Perencanaan
l. Implemenasi
m. Evaluasi
5. Asuhan keperawatanpasien dengan gangguan alam perasaan
a. Pengertian
b. Rentang respons emosional
c. Perbedaan antara grieving dan dying
d. Faktor predisposisi & presipitasi
e. Perilaku dan mekanisme koping
f. Asuhan keperawatan klien dengan mania dan depresi
1) Pengkajian
2) Masalah keperawatan
3) Perencanaan
4) Evaluasi
6. Asuhan keperawatan pada pasien gangguan kognitif dan mental organik
a. Defenisi :
1. Fungsi otak (lobus frontalis, lobus temporal, lobus parietal, lobus oksipitalis, sisitim limbik).
2. Gangguan fungsi otak pada: lobus frontalis, gangguan pada lobus temporalis, lobus parietalis dan oksipitalis, sistim
3. Rentang respon kognitif secara umum :
4. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
2) Stressor presipitasi
3) Halusinasi
4) Bingung
5) Delusi
6) Halusinasi
7) Perilaku: delirum, demensia
8) Mekanisme koping :
5. Diagnosa keperawatan menurut nanda :
6. Perencanaaan :
7. Implementasi :
8. Intervensi delirium :
9. Intervensi pada demensia
10. Prinsip konservatif myra levines
7. Asuhan keperawatan pasien dengan kecemasan
a. Definisi
b. Tingkatan cemas (ansietas) menurut peplau (1963)
c. Rentang respon ansietas
d. Faktor predisposisi
e. Stressor pencetus
f. Respon fisiologis system tubuh terhadap ansietas
g. Respon perilaku, kognitif & afektif
h. Sumber koping
i. Mekanisme koping
j. Mekanisme pertahanan ego
k. Kriteria serangan panic
l. Kriteria obsesif
m. Kriteria kompulsi
n. Proses keperawatan
8. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan orientasi realita
a. Definisi gor
b. Penyebab gor
c. Proses informasidalam otak
d. Rentang respon gor

e. Pengkajian:
1) Faktor predisposisi
2) Faktor presipitasi
3) Sumber koping
4) Respon koping (kognitif, motorik, persepsi, emosi dan social)
5) Macam gor: waham (definisi, jenis-jenis, proses terjadinya, prinsip tindakan keperawatan), halusinasi (definisi, jenis-jenis, intensitas dan proses terjadinya, prinsip tindakan keperawatan)
6) Fungsi kognitif
7) Fungsi persepsi
8) Fungsi emosi
9) Fungsi motorik
10) Fungsi social
f. Diagnosa keperawatan
g. Rencana keperawatan
h. Intervensi
i. Evaluasi

B. Syarat Penulisan:
1. Diketik dalam kertas ukuran A4 dengan margin kanan 2 cm, kiri 3 cm, atas dan bawa masing-masing 2 cm
2. Diketik dengan huruf time new roman dengan ukuran 12 dan 1,5 spasi
3. Setiap teori yang ada dalam materi inti dan contoh padalampiranharus disertai dengan footnote (Catatan kaki dari buku sumber atau referensi)
4. Petunjuk penulisan:
a. Kutipan yang redaksinya / kalimatnya sedikit (tidak lebih dari tiga baris, diketik langsung dalam satuan alinea teks dengan pemberian tanda kutip ujung awal dan ujung akhir dari kalimat.
Kutipan yang pengarangya ditulis dibelakang kalimat:
Seperti halnya dengan penyakit kronis lainya, asma memerlukan penanganan jangka panjang. Keberhasilan pengobatan tidak saja ditentukan oleh obat anti asma, tetapi juga oleh kepatuhan minum obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pencegahan timbulnya serangan asma. “Salah satu syarat keberhasilan pengobatan asma adalah kerjasama yang baik antara penderita, keluarga, dengan dokter yang mengobati” (Sundaru, 2002 : 152).
Kutipan yang pengaranya dituliskan didepan kalimat:
Dalam hal dukungan keluarga, Friedman (1998: 34) mengatakan, bahwa dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial yang bersifat timbal balik; umpan balik dan keterlibatan emosional. Dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
b. Penulisan daftar pustaka dari buku
Atmoseputro, K. (2001). Produktivitas aktualisasi budaya perusahaan, Jakarta : PT Gramedia
Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ; Cet. 12, Jakarta: Rineka Cipta
Davis, K. & Newstran, J.W., (1990). Human Behaviour Of Work Organizations Behaviour, terjemahan, Jakarta : Erlangga

c. Penulisan daftar pustaka dari jurnal:
Alford, Juechter, (1998). Five Condition For High Performance Culture, Journal Of Training and Development

d. Penulisan daftar pustaka dari Skripsi/tesis/desertasi
Sukamto, Edi, (2005). analisis beban kerja dan factor-faktor yang berhubungan dengan disiplin kerja. Program Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia: Thesis tidak dipublikasikan

e. Penulisan daftar pustaka dari majalah
Nindy. .(2005). Femina. Makanan Bergizi dan Menarik Untuk Balita. Edisi Januari 2005. Jakarta : Praktika Corporations.


f. Penulisan daftar pustaka dari internet
Massofa, (2008). Pengertian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja, http://www.wordpress.com. diunduh tanggal 18 desember 2008, jam 12.00 WIB).
5. Jumlah halaman 10-17 halaman.
6. Daftar pustaka minimal 7, boleh dari buku literature, internet dan lainnya. Untuk buku minimal 3 judul buku dan sisanya boleh dari internet
7. Dijilid dengan menyertakan lembar konsultasi
8. Dikumpulkan tanggal 03 aGUSTUS 2009 dalam bentuk hard copy dan softcopy

C. Kriteria Penilaian
1. Peserta didik wajib hadir dalam kegiatan pembelajaran minimal 90%
2. Jika peserta didik hadir hanya 75% atau kurang dari 90%, diwajibkan menyusun makalah/ tugas yang ditentukan oleh PJMK
3. Kehadiran kurang dari 75% tidak diijinkan mengikuti evaluasi akhir semester
4. Terlambat mengumpulkan tugas, akan dikurangi nilainya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.

ACUAN TUGAS RISET UNTUK PENULISAN PROPOSAL

KERANGKA ACUAN PENULISAN PROPOSAL RISET

Secara berurutan kerangka penulisan usulan penelitian terdiri dari 3 bagian seperti tersebut dibawah ini:
1. BAGIAN AWAL
Bagian awal usulan penelitian terdiri atas:
a. Halaman sampul depan
b. Halaman sampul dalam
c. Halaman persetujuan
d. Halaman daftar isi
e. Halaman daftar tabel
f. Halaman daftar gambar
g. Halaman daftar lampiran

2. BAGIAN INTI
Bagian inti usulan penelitian memuat hal sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.5 Relevansi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTHESA
BAB 4 METODE PENELITIAN

3. BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri dari:
a. Daftar Pustaka  HAVARD SYSTEM
b. Lampiran
1) Bantuan fasilitas pengumpulan data awal
2) Permohonan menjadi responden
3) Informed concent
4) Instrumen





Pedoman penulisan proposal karya tulis ilmiah

BAGIAN AWAL

Secara berurutan bagian awal terdiri dari 8 komponen seperti tersebut dibawah ini:
1. Halaman sampul depan
Halaman ini memuat berturut-turut: Proposal KTI, judul, lambang AKPER Rustida, nama mahasiswa, kalimat: “YAYASAN RUSTIDA, AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA, BANYUWANGI JULI 2009, dan tahun proposal diujikan”.
Halaman ini menggunakan kertas Buffalo atau linen warna merah.

2. Halaman sampul dalam
Halaman ini berisi materi yang sama dengan halaman sampul depan, tetapi menggunakan kertas putih sesuai dengan ketentuan Akademi Keperawatan Rustida Krikilan.

3. Halaman persetujuan
Halaman ini memuat nama lengkap dan tanda tangan pembimbing atau promotor dan kopromotor.

4. Halaman daftar isi
Daftar ini memuat semua bagian dalam penulisan proposal skripsi, termasuk urutan bab, sub bab, dan anak sub bab dengan nomor halamannya.

5. Halaman daftar tabel
Daftar tabel memuat nomor urut table, judul table dan nomor halaman.

6. Halaman daftar gambar
Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar dan nomor halaman.

7. Halaman daftar lampiran
Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran dan nomor halamannya.






BAGIAN INTI

Penjelasan bagian inti sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identitas masalah penelitian merupakan langkah awal seorang peneliti yang harus dilaksanakan. Masalah kesehatan atau keperawatan terjadi apabila terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya ada (teori) dengan kenyataan yang dijumpai dilapangan dan memerlukan suatu pemecahan (Sastroasmoro & Ismael, 1995; Praktiknya, 1993; Abedo, 1974). Dalam perumusan masalah pada karya tulis hal-hal berikut perlu diuraikan:
1) Introduksi masalah penelitian
2) Justifikasi/Skala masalah berupa besarnya masalah dan pengaruh yang timbul terhadap kesehatan; waktu terjadi pada saat ini (apakah semakin meningkat); tempat kejadian, karakteristik masyarakat yang terkena;
3) Kronologis masalah berupa penyebab masalah dan dampak dari masalah
4) Konsep solusi berupa konsep pemecahan yang sudah dan akan digunakan.
Latar belakang masalah berisi tentang uraian apa yang menjadi masalah penelitian, alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Masalah tersebut harus didukung oleh fakta empiris (pemikiran induktif) sehingga jelas, memang ada masalah yang perlu diteliti. Juga harus ditunjukkan letak masalah yang akan diteliti dalam konteks teori (pemikiran deduktif) dengan permasalahan yang lebih luas, serta peranan penelitian dalam pemecahan permasalahan yang lebih luas.

1.2 Rumusan masalah
Pertanyaan masalah
Pertanyaan penelitian setidaknya harus mengandung unsure (Q: Question-pertanyaan; S: Spesific; dan S: Sparated). Hipothesa adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan peneliti, yang harus diuji kesahihannya secara empiris. Dalam suatu karya tulis atau riset tidak semuanya memerlukan hipotesa, tetapi cukup menyusun suatu pertanyaan.
1.3 Tujuan
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian. Tujuan penelitian harus tegas dan jelas. Tujuan penelitian dapat menjadi: Tujuan umum dan Tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian.

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau penyahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik. Bila semua tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum juga terpenuhi. Kata-kata operasional dalam tujuan khusus adalah: mengukur, mengidentifikasi, menganalisa, membandingkan, menilai, dll.

1.4 Manfaat
Bagian ini berisi uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan, yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuwan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).

1.5 Relevansi
Terhadap perkembangan IPTEK dan Praktik Keperawatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat teori, proposisi, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber primer. Mencantumkan nama sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan ketentuan pada panduan yang digunakan.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTHESA
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual disintesis, diabstraksi, dan diekstrapolasi dari berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan paradigma sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual penelitian dapat berbentuk bagan, modelmatematik, atau persamaan fungsional, yang dilengkapi dengan urutan kualitatif.
Hipotesis
Hipotesis merupakan posisi keilmuwan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.

BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Merupakan wadah menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kasahihan hipotesis. Macam type desain penelitian yang sering digunakan dalam keperawatan, misalnya: deskriptif-analitik: studi kasus, korelasi, cross-sectional, komparasi, pre-post nonrandomized experiment; Experiment: quasy-experiment dan true-experiment.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan design penelitian:
1. Apakah akan ada intervensi keperawatan yang perlu dilaksanakan kepada responden?
2. Perbandingan tipe apakah yang akan dipergunakan?
3. Prosedur apakah yang akan dipergunakan untuk mengontrol variable?
4. Kapan dan berapa kali data akan dikumpulkan dari responden?
5. Dalam situasi yang bagaimanakah riset akan dilaksanakan, diklinik, dirumah atau tempat lain?

4.2 Kerangka Kerja
Berhubungan dengan abstrak yang disusun berdasarkan suatu tema/topik riset. Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variable yang akan digunakan dalam penelitian.

4.3 Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subyek (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Semua variable yang diteliti harus diidentifikasi, mana yang termasuk variable bebas (Independen Variabel), variable tergantung (Dependen Variabel), dan variable pengontrol serta variable perancu. Untuk itu dirancang bangun penelitian atau diagram kerangka konsep sangat membantu dalam identifikasi variable. Identifikasi variable merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian, terutama dalam manajemen dan analisa data.

4.4 Definisi Operasional
Menjelaskan semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji dalam mengartikan makna penelitian

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


4.5 Desain Sampling
Populasi adalah seluruh subyek atau data dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Disini ditentukan pula criteria inklusi, eksklusi dan besar sample.
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili suatu populasi.

4.6 Pengumpulan Data
4.6.1 Instrumen Penelitian
Pada bagian ini disebutkan secara ringkas jenis instrumen pengumpulan data, misalnya: Questionare, interview, observasi atau pengukuran fisiologis (in vivo & in vitro).
4.6.2 Prosedur Pengumpulan Data
Diuraikan secara lengkap, jelas dan berurutan bagaimana peneliti dalam mengumpulkan data.
4.6.3 Penyajian Data
Data yang telah terkumpul selama proses pengumpulan data selanjutnya dilakukan coding (pengkodean) yang selanjutnya disajikan dalam bentuk-bentuk yang telah ditetapkan.
4.6.4 Pengolahan Data
Pada penelitian quantitative perlu disebutkan analisa statistik yang akan digunakan (jika menggunakan) dan sebutkan macam datanya (missal Kategorikal: Nominal dan ordinal; Numerik: interval dan rasio). Apabila ada beberapa variable yang akan dianalisa, dirinci cara analisis yang akan dicapai untuk setiap variable. Data yang terkumpul dalam penelitian keperawatan biasanya dianalisa secara deskriptif dengan menyejikan data secara tabulasi silang dan atau perhitungan sederhana (missal: Che-Square untuk mengetahui prosentase distribusi antar variabel) serta untuk mengetahui hubungan atau perbedaan variabel independen dan dependen.

4.7 Masalah Etik
Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus tidak bertentangan dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mendapatkan persetujuan dari komisi etika medis/keperawatan setempat. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi; bebas dari exploitasi; bebas dari penderitaan; kerahasiaan; bebas menolak menjadi responden.
Yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi: Informed consent, anonymity, confidentially.

4.8 Keterbatasan
Keterbatasan mengenai penulisan karya ilmiah perlu disebutkan pada bagian ini atau bagian pembahasan. Misalnya, keterbatasan dalam pengambilan sample, jumlah sampel yang diteliti, instrumen pengumpulan data, keterbatasan waktu penelitian dan lainnya yang dipandang perlu.

BAGIAN AKHIR
Bagian akhir terdiri dari:
a. Daftar Pustaka (HAVARD SYSTEM)
b. Lampiran merupakan bagian yang memuat keterangan atau data tambahan.

Demikian Kerangka acuan penulisan proposal KTI ini dibuat untuk dijadikan pedoman dalam penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah.



Mengetahui/Menyetujui,
AKPER RUSTIDA
Direktur,




ANIS YULI ASTUTIK, S.Kep., Ns Krikilan, Mei 2009
AKPER RUSTIDA
PUDIR I




EKO PRABOWO, S.Kep., Ns














CONTOH SAMPUL DEPAN


PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK DENGAN NAPAS DALAM TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN
PADA WANITA INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG





Oleh:
RISKIYATI SYAFINA ARIEF
NIM : 03.039




YAYASAN RUSTIDA
AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA
BANYUWANGI, JULI 2009
CONTOH SAMPUL BELAKANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK DENGAN NAPAS DALAM TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN
PADA WANITA INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG


Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Pengantar Riset Keperawatan




Oleh:
RISKIYATI SYAFINA ARIEF
NIM : 03.039


YAYASAN RUSTIDA
AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA
BANYUWANGI, JULI 2009
CONTOH LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERSETUJUAN


Karya Tulis Oleh : RISKIYATI SYAFINA ARIEF
Judul : EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK DENGAN NAPAS DALAM TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA WANITA INPARTU KALA I FASE AKTIF DI RUANG BERSALIN RSUD GENTENG

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah pada tanggal: ……………….. 2007.





Oleh:



Pembimbing:




……………………………………….





Mengetahui
AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA
Direktur,




……………………………………………
CONTOH HALAMAN PENGESAHAN


HALAMAN PENGESAHAN


Telah di Uji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang di Akademi Keperawatan Rustida

Tanggal, ………………………………. 2009







TIM PENGUJI

Tanda Tangan
Ketua : ………………………….. …………………..
Anggota : 1. ……………………….. …………………..
2. ……………………….. …………………..






Mengetahui

AKADEMI KEPERAWATAN RUSTIDA
Direktur,




………………………………………..




CONTOH PENULISAN

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Mander, 2004 : 74). Wanita-wanita yang pernah melahirkan mengalami rasa nyeri saat proses persalinan dan nyeri yang dirasakan termasuk nyeri berat. ..................................................................
Jumlah klien dengan partus normal selama bulan Februari 2006 di RSUD Genteng sebanyak 21 Ibu. 8 dari 10 wanita di Desa Tegal Pakis yang pernah ................................

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang, maka perumusan pertanyaan adalah sebagai berikut : Apakah terapi musik dengan napas dalam efektif mengurangi nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif di Ruang Bersalin RSUD Genteng ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui efektifitas terapi musik dengan napas dalam terhadap pengurangan nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif di Ruang Bersalin RSUD Genteng.

1.3.2 Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi nyeri pada wanita inpartu kala I fase aktif sebelum dilakukan pemberian terapi musik di Ruang Bersalin RSUD Genteng.
2) ............................

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Praktis
Memberikan suatu wawasan dan pengetahuan peneliti tentang terapi musik untuk mengurangi nyeri persalinan pada wanita yang akan melahirkan secara nyata.
1.4.2 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pembaca den tentang terapi musik, sehingga mengurangi rasa nyerinya.
1.5 Relevansi
Hacker (2001 : 150) menyatakan bahwa nyeri persalinan adalah nyeri akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus yang disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks dan distensi perineum.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam hal ini disajikan konsep dasar berdasarkan teori. Yang pertama : Konsep Dasar Nyeri, kedua : Konsep Dasar Nyeri Persalinan, ketiga : Konsep Dasar Terapi Musik.



2.1 Konsep Dasar Nyeri
Di bawah ini akan disajikan konsep dasar nyeri yang meliputi pengertian, patofisiologi, tipe dan sifat nyeri, reaksi seseorang terhadap nyeri, faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri, skala nyeri, mengkaji persepsi nyeri.

2.1.1 Pengertian Nyeri
Menurut International Association for study of pain di seattle yang dikutip oleh Lehndorff (2005 : 2)

2.1.2 Etiologi Nyeri
Menurut Lumbantobing (2001 : 56), ada beberapa penyebab nyeri yaitu :
1) Trauma.
2) ...................

2.1.3 Patofisiologi Nyeri
2.1.3.1 Reseptor – reseptor dan rangsang nyeri
Reseptor nyeri disebut nociceptor merupakan ujung – ujung syaraf bebas tidak bermyelin atau .................

2.1.3.2 Teori Transmisi Nyeri
Menurut Long B.C (1996 : 222) mekanisme saraf kompleks secara keseluruhan tidak dimengerti tentang keterlibatan dengan nyeri. Ada beberapa kenyataan serta teori – teori antara lain :
1) Teori pemisahan (specifiatty)
Reseptor – reseptor nyeri tertentu menyalurkan impuls – impuls ke seluruh jalur nyeri ke otak.................
2) Teori pola (Patern)
Nyeri yang terjadi karena efek – efek kombinasi intensitas stimulus dan jumlah .................

















BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTHESIS

3.1 Kerangka Konseptual























Keterangan :
: Diteliti
----------- : Tidak diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual efektifitas terapi musik dengan napas dalam terhadap pengurangan nyeri persalinan pada wanita inpartu kala I fase aktif di Ruang Bersalin RSUD Genteng Banyuwangi.

3.2 Hipotesa Penelitian
3.2.1 Hipotesa nol
Terapi musik tidak efektif terhadap pengurangan nyeri persalinan
3.2.2 Hipotesa alternatif
Terapi musik efektif terhadap nyeri persalinan

Senin, 01 Juni 2009

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

oleh: Eko Prabowo
Staf pengajar di Akademi Keperawatan Rustida Krikilan Banyuwangi

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari konsep gangguan mental organik (GMO), mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan kembali definisi GMO dengan benar
2. Menyebutkan kembali etiologi GMO dengan benar
3. Menyebutkan kembali gambaran utama GMO dengan benar
4. Menyebutkan dan menjelaskan kembali klasifikasi GMO dengan benar
5. Menyebutkan dan menjelaskan kembali definisi, etiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan dari masing-masing klasifikasi GMO dengan benar

2.1 Definisi
Gangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri (Rusdi Maslim, 2003; 22).
Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang jelas, misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat (Arif Mansjoer, 2001; 189).

2.2 Etiologi
Gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyebab badaniah yang terutama mengenai otak (WF. Maramis, 1995; 181).

2.3 Gambaran Utama
Menurut Rusdi Maslim (2001; 22), gangguan mental organik terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Gangguan fungsi kognitif
Misalnya: Daya ingat (memory), daya pikir (Intellect), daya belajar (Learning).
2. Gangguan sensorium
Misalnya: Gangguan kesadaran (Consciousness) dan perhatian (Attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang;
1) Persepsi (halusinasi)
2) Isi pikir (waham/delusi)
3) Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).

2.4 Klasifikasi Gangguan Mental Organik (GMO)
Menurut Arif Mansjoer (2003; 18), GMO dapat dibagi menjadi menjadi 4, yaitu;
1. Delirium
1) Delirium yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain
2) Delirium yang di indiuksi oleh zat
3) Delirium yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
4) Delirium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Demensia
1) Demensia tipe Alzheimer
2) Demensia tipe vaskular
3) Demensia yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain (HIV, Parkinson, trauma kepala, penyakit Huntington, penyakit Pick, penyakit Creatzfeldt-Jacob, kondisi medis lain)
4) Demensia yang di induksi oleh zat
5) Demensia yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
6) Demensia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
3. Gangguan Amnesia
1) Gangguan Amnesia yang berhubungan dengan kondisi medis lain
2) Gangguan Amnesia yang di induksi oleh zat.
4. Gangguan kognitif yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.

2.4.1 Delirium
2.4.1.1 Definisi
Suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif (Arif Mansjoer, 2001; 189).
Status kebingungan akut yang ditandai dengan kewaspadaan, perhatian, dan konsentrasi dengan awitan akut dan berlangsung singkat (berjam-jam hingga berhari-hari) (Barry. Guze, MD, 1997; 165).
2.4.1.2 Etiologi (faktor penyebab)
Menurut Arif Mansjoer (2001; 190), delirium memunyai berbagai macam penyebab, semuanya mempunyai pola gejala serupa putus obat maupun zat toksik, penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmitter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain;
1) Usia
2) Kerusakan otak
3) Riwayat delirium
4) ketergantungan alkohol
5) Diabetes
6) Kanker
7) Gangguan panca indera
8) Malnutrisi
Sementara itu menurut Barry Gue (1997; 167), menyatakan penyebab lain terjadinya Delirium yaitu;
1) Gangguan sistemik
2) Disfungsi endokrinologis
3) Proses infeksi
4) Defisiensi nutrisional
5) Proses intrakranial
Perdarahan subaraknoid dan subdural, trauma, infeksi (meningitis dan ensefalitis), stroke, sakit kepala, migrain, tumor, epilepsi (delirium dan pascaiktal) dan ensefalopati hipertensif.
6) Intoksikasi
Obat-obatan dan medikasi (khususnya antikolinergik), alkohol, racun (logam, bahan industri dan karbon monoksida).
7) Penarikan diri karena obat
8) Masalah psikiatrik
9) Penyebab lainnya.

2.4.1.3 Manifestasi Klinis
Gejala utama pada penyakit delirium adalah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala lain adalah penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya berbicara komat-kamit dan inkoherent. Pasien delirium yang berhubungan dengan sindrom putus obat merupakan jenis hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda otonom, seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi pupil, nausca, mundan dan hipertermi. Orientasi waktu seringkali hilang, sedangkan orientasi tempat dan orang mungkin terganggu pada kasus yang berat. Pasien seringh mengalami Abromalitas dalam berbahasa, seperti pembicaraan yang bertele-tele, tidak relevan dan inkoheren (Arif Mansjoer, 2001; 190).
Fungsi kognitif lain yang mungkin terganggu adalah daya ingat dan fungsi kognitif umum. Pasien mungkin tidak mampu membedakan rangsang sensorik dan mengintegrasikannya sehingga sering merasa terganggu dengan rangsang yang tidak sesuai atau timbul agitasi, gejala yang sering tampak adalah marah, mengamuk dan ketakutan yang tidak beralasan, pasien selalu mengalami gangguan tidur sehingga tampak mengamuk sepanjang hari dan tertidur dimana saja (Arif Mansjoer, 2001; 190).
Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkannya sudah sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Jika disebabkan oleh proses langsung menyerang otak, bila proses itu sembuh, maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya kerusakan yang ditinggalkan (gejala neurologik/gangguan mental dengan gejala utama gangguan intelegensi). Biasanya delirium muncul tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari) faktor penyebabnya telah dapat diketahui dan dihilangkan, walaupun delirium biasanya terjadi mendadak, gejala-gejala prodnormal mungkin telah terjadi beberapa hari sebelumnya. Prognosa tergantung pada dapat atau tidak dapat kembalinya penyakit yang menyebabkannya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit itu (WF. Maramis, 1995; 182).

2.4.1.4 Penalaksanaan
Menurut Maramis (1995; 182), pengobatan etiologik harus sedini-dininya dan disamping ini faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang tetap. Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia. Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi.
1) Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih ia sangat gelisah, sebab ia berbahaya untuk diri sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
2) Dicoba menenangkan penderita dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es, penderita mungkin menjadi lebih tenang bila ia melihat orang tua, barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, penderita tidak tahan terlalu di isolasi. Terhadap gejala-gejala psikiatrik, bila sangat mengganggu dapat diberi neroleptika, terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
3) Bila kondisi ini merupakan foksisitas antikolinergik digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg IV atau im. (dosis 15-30 menit)
4) Dilakukannya terapi untuk memberi dorongan perbaikan fisik sensorik dan lingkungan
5) Untuk gejala-gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 ms
6) Insomnia diobati dengan benzodiazepin.
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2000; 191), bila kondisi ini merupakan toksisitas anti kolinergik, digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg, iv atau im dengan pengulangan dosis setiap 15-30 menit. Selain itu, perlu dilakukan terapi untuk memberi dorongan perbaikan pada fisik, sensorik, dan lingkungan. Untuk mengatasi gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 mg im, yang dapat diulang setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati dengan benzodiazepin yang mempunyai waktu terapi pendek.
Pengobatan tergantung pada penyakitnya:
1. Infeksi diatasi dengan antibiotik.
2. Demam diatasi dengan obat penurun panas.
3. Kelainan kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan kadar ciran dan garam dalam darah.

2.4.2 Demensia
2.4.2.1 Definisi
Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikel yang multiple (Rusdi Maslim, 2003; 22).
Sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran, gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Arif Mansjoer, 2001; 191).

2.4.2.2 Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh penyakit alzheimer dan vaskular. Penyebab lain adalah penyakit pick, creutzfeldt-jacob, huntington, parkinson, HIV dan trauma kepala (Arif Mansjoer. 2000; 191).
Penyebab kedua tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698).
Sementara itu menurut Barry Guze (1997; 195-196), beberapa penyebab terjadinya Demensia diantaranya adalah;
1. Demensia karena Al-zheimer (AD)
Merupakan penyebab tunggal paling lazim untuk demensia, mencakup hampir 55% dari semua kasus
1) Temuan histopatologik umum
(1) Mikroskopik, otak atropik dengan pelebaran sulkus, konvules kortikel yang menciut dan ventrikel yang membesar.
(2) Temuan histopatologik termasuk kekacauan neuro psikologik, plaksenilis, degenerasi granulovakuoler dan kehilangan neural.
2) Faktor etiologik
(1) Faktor genetik
Pada 20% kasus, penyakit ini diwariskan sebagai dominan autosomal pada 50% sisanya, tampaknya terdapatnya peningkatan insidens familial.
(2) Aluminium
Pada model hewan, aluminium ditemukan menyebabkan demensia degenarif neurofibriler, juga pada pasien yang terkena AD, telah dideteksi adanya peningkatan konsentrasi aluminium otak.
(3) Faktor lain
Walaupun data masih langka telah diperkirakan adanya etiologi virus dan auto imun.
2. Demensia infark majemuk
Keadaan ini mencakup 10% hingga 15% demensia, karena intervensi yang pada waktunya dapat mempunyai dampak terhadap perjalanan penyakit ini, maka penting dikenali manifestasi klinisnya.
3. Sindrom ekstrapiramidal
1) Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson timbul sebagai akibat kehilangan sel pengandung dopamin dalam lintasan nigrostriatal dan tegmentum ventral. Secara klinis ditandai dengan bradikinesia tremor, rigiditas, ekspresi wajah yang berkurang dan berjalan dengan kaki diseret. Demensia berkorelasi buruk dengan tremor pada gangguan ini tetapi tampaknya bervariasi menurut beratnya bradikinesia yang ada.
2) Penyakit Huntington
Penyakit Hungtinton diwariskan sebagai suatu gangguan dominan autosomal. Demensia subkortikal merupakan manifestasi lazim dari penyakit ini yang ditandai dengan gangguan gerakan koreiform dan perjalan penyakit yang progresif lambat. Biasanya diikuti dengan demensia Huntington, tetapi dapat mendahului timbulnya gangguan gerakan atau terdapat sendiri sebagai satu-satunya manifestasi dari penyakit ini.
3) Kelumpuhan Supranuklear Progresif
Kelumpuhan supranuklear progresi ditandai dengan demensia subkortikal ringan, kelumpuhan tatapan supranuklear, kekakuan aksial dan kelumpuhan pseudobulber (afek yang tak semestinya dalam derajat dan atau arah, disfagia dan disartria). Pada fase awal dan pertengahan kadang-kadang ditemukan depresi.
4) Penyebab Infeksi
(1) Penyakit Jacob-Creutzfeldt
Keadaan ini merupakan suatu infeksi virus progresif cepat dari susunan saraf pusat yang biasanya berpuncak dengan kematian dalam 6 bulan sejak mulai terinfeksi.
(2) Kompleks Demensia Sindrom Imunodefisiensi didapat (AID)
Menurut Artno, Demensia terkait HIV. http//spiritia.or.id.1999. Istilah demensia terkait HIV ( HIV Associated Dementia-HAD) mencakup spektrum luas perwujudan psikiatri dan neurologi dari infeksi HIV pada SSP, HAD mencakup berbagai derajat gejala kognitif, motor dan perilaku.

5) Defisiensi nutrisional
Defisiensi vitamin yang paling lazim menimbulkan demensia B12, folat dan niasin, defisiensi tianin menimbulkan amnesia dalam konteks sindrom wernicke, korsakoff dengan sedikit gangguan intelektual.
6) Kelainan endokrinologik
Keadaan endokrinologik berikut dapat meliputi demensia dalam gambaran klinisnya, hipotroidisme, hipertiroidisme, hipopara tiroidisme, hiperpara tiroidisme, penyakit addison dan penyakit custing.
7) Gangguan elektrolit
8) Hipoksia
Anoreksia, gangguan jantung dan fungsi pernapasan.
9) Demensia dialisis dan uremia
10) Ensefalopati uremik kronik
11) Obat-obatan, logam dan paparan kimiawi industri
12) Ensefalopatii hepatik
13) Porikiria
14) Demensia pseudo
15) Demensia hidrosefalik
16) Demensia traumatik dan neoplastik
17) Demensia terkait penyakit mielin
18) Penyusunan diagnostik demensia
Dalam salah satu website dengan alamat http://www.idijakbar.com mengklasifikasikan beberapa penyebab terjadinya demensia diantaranya:
1) Menurut umur
(1) Demensia senilis (> 65 tahun)
(2) Demensia prasenalis (< 65 tahun)
2) Menurut perjalanan penyakit
(1) Reversibel
(2) Ireversibel

3) Menurut kerusakan struktur otak
(1) Tipe Al-Zheimer
(2) Tipe non Alzheimer
(3) Demensia vaskular
(4) Demensia jisim lewy
(5) Demensia lobus frontal-temporal
(6) Demensia terkait HIV
(7) Morbus parkinson
(8) Morbus huntington
(9) Morbus pick
(10) Morbus jacob creutzfeldt
(11) Sindrom gerstmann
(12) Priondisease
(13) Priondisease
(14) Palsi supranuklear progresif
(15) Multiple sklerosis
(16) Neurosifilis
(17) Tipe campuiran
4) Menurut sifat-klinis
(1) Demensia proprius
(2) Pseudo-demensia

2.4.2.3 Manifestasi Klinis
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak dan sering terjadi perubahan kepribadian.
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)
Menurut Arif Mansjoer (2001; 191) tanda dan gejala dari Demensia yaitu:
1. Pada stadium awal, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental fatig dan cenderung gagal bila diberi suatu tugas baru atau kompleks.
2. Orientasi, daya ingat, persepsi dan fungsi intelektual pasien memburuk
3. Pasien tampak introvert dan kurang peduli terhadap akibat tingkah lakunya
4. Diperkirakan 20-30% pasien tipe Alzheimer mengalami halusinasi dan 30-40% mempunyai gejala waham, terutama waham curiga dan tidak sistematik
5. Terdapat depresi dan ansietas pada sebagian besar pasien. Pasien dapat mengalami afasia, apraksia dan agnosia
6. Kejang.

2.4.2.4 Penatalaksanaan
Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat. Secara umum, terapi pada demensia adalah perawatan medis yang mendukung, memberi dukungan emosional pada pasien dan keluarganya, serta farmakoterapi untuk gejala yang spesifik. Terapi simtomatik meliputi diet, latihan fisik yang sesuai, terapi rekreasional dan aktivitas, serta penanganan terhadap masalah-masalah lain.
Sebagai farmakoterapi, benzodiazepin diberikan untuk ansietas dan insomnia, anti depresan untuk depresi, serta anpsikotik untuk gejala waham dan halusinasi (Arif Mansjoer, 2001; 192).
Sementara itu takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit alzheimer selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan pada stadiun dini.
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698)

2.4.2.5 Klasifikasi Demensia
Menurut WF. Maramis (1997; 192) Demensia terbagi menjadi:
1. Demensia senilis
Adalah perubahan fisik akan mental yang terjadi pada orang lanjut usia disertai dengan energi yang berkurang, reaksi terhadap kejadian sekitarnya menjadi lambat, daya kreatif dan inisiatif berangsur-angsur menyempit dan pelan-pelan menarik diri, seakan-akan kepribadiannya terbungkus.
1) Gejala
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala yang jelas untuk membuat diagnosis demensia klinis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat mempercepat kemunduran mental.
2) Gejala jasmaniah
Kulit menjadi tipis, atrofis dan keriput, berat badan mengurang, atrofi pada otot-otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar dan bicaranya menjadi pelan, tremor pada tangan dan kepala.
3) Gejala psikologik
Sering hanya terdapat tanda kemunduran mental umum (demensia simplek).
4) Pencegahan
Pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan cobalah memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu dan rasa perlu dibenarkan serta dihargai.

2. Demensia prasenilis
Seperti namanya telah menjelaskan maka pada gangguan ini gejala utamanya ialah demensia sebelum masa senil, akan dibicarakan dua macam demensia prasenilis, yaitu penyakit Alzheimer dan penyakit pick.
1) Morbus Alzheimer
Penyakit alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50-60 tahun. Terdapat degeneratif korteks yang difus pada otak dilapisan-lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal. Atrofi otak ini dapat dilihat pada pnemo-ensefalogram: sistema ventrikel membesar serta banyak hawa diruang subarakhroidal (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).
Penyakit ini mulai pelan-pelan sekali, tidak ada ciri-ciri yang khas pada gangguan inteligensi atau pada kelainan perilaku. Terdapat disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang labil, kekeliruann mengenai hitungan dan mengenai pembicaraan sehari-hari. Terjadi afasi sering juga terdapat perseverasi, pembicaraan logoklonia dan bila sudah berat maka penderita tidak dapat dimengerti lagi, ada yang menjadi gelisah dan hiperaktif.
2) Morbus Pick
Pick dari prahara pertama kali mengumumkan hal-hal tentang penyakit yang jarang ini pada tahun 1892. secara patologis ciri khas ialah atrofi dan gliosis di daerah-daerah asosiatif. Daerah motorik, sensorik dan daerah proyeksi secara relatif tidak banyak berubah yang terganggu ialah daerah korteks yang secara filogenptik lebih muda yang penting buat fungsi asosiasi yang lebih tinggi, sebab itu yang terutama terganggu ialah pembicaraan dan proses berpikir.
Penyakit ini mungkin herediter diperkirakan bahwa terdapat faktor menjadi tua dari sel-sel ganglion yang tertentu, yaitu yang genetis paling muda. Lobus frontalis menjadi demikian atrofis sehingga kadang-kadang kelihatan seperti ditekan oleh suatu lingkaran. Biasanya terjadi pada umur 45-60 tahun yang termuda pernah diberikan ialah 31 tahun.
Dalam waktu satu tahun terjadi demensia yang jelas. Ada yang eforia, ada yang menjadi susah dan curiga, sering terdapat gejala-gejala fokal seperti afasia, apraxia, alexia, agrafia, tetapi gejala-gejala ini sering diselubungi oleh demensia umum. Ciri afasia yang penting pada penyakit ini ialah terjadinya secara pelan-pelan (tidak mendadak seperti pada gangguan pembuluh darah otak).

2.4.3 Amnesia
2.4.3.1 Definisi
Amnesia (dari bahasa Yunani) adalah kondisi harganya daya ingat. (http://Wikipedia.org/wiki/Amnesia/2008).
Amnesia adalah suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan kemampuan mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya serta menimbulkan hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan (Arif Mansjoer, 2001; 192).

2.4.3.2 Etiologi
Gangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada orang yang telah terlibat didalam peperangan, kecelakaan atau bencana alam .
(http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=698).
Penyebab amnesia bervariasi mulai dari fisiologis sampai kerusakan otak. Kerusakan otak disebabkan karena trauma atau kecelakaan, tumor, stroke, maupun pembengkakan otak.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).
Penyebab amnesia dapat berupa organik dan fungsional. Penyebab organik dapat berupa kerusakan otak akibat trauma, penyakit atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html).
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2001; 192), gangguan pada daya ingat umumnya diakibatkan kerusakan struktur neuroanatomi tertentu, pada satu atau dua lebih hemister, namun lebih mudah timbul bila yang terkena hemister kiri. Gangguan amnesia dapat disebabkan banyak hal, antara lain;
1. Gangguan sistemik
1) Defisiensi tramin (sindrom korsakoff)
2) Hipoglikemia.
2. Gangguan otak primer
1) Kejang, trauma kepala, tumor otak
2) Penyakit serebrovaskular, ensevolitis karena virus herpes simpleks
3) Hipoksia, sklerosis multipel
4) Amnesia transien global
5) Tindakan bedah otak, terapi syok listrik.
3. Obat-obatan: alkohol, neurotoksin, benzodiazepin dan sejenisnya

2.4.3.3 Klasifikasi Amnesia
Menurut website dengan alamat http://www.emidicine.com/neuro /topic 380.htmi, amnesia terbagi menjadi:
1. Anterograde
Ketidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian setelah terjadinya trauma atau penyakit setelah terjadinya trauma atau penyakit yang menyebabkan amnesia.
2. Retrograde
Ketidakmampuan untuk mengingat kejadian-kejadian sebelum terjadinya trauma.

3. Amnesia lakunar
Ketidakmampuan mengingat kejadian tertentu.
4. Amnesia emosional
Hilangnya ingatan karena trauma psikologis. Biasanya bersifat sementara.
5. Sindrom korsakoff
Hilangnya ingatan karena alkoholisme kronik.
6. Amnesia posthipnotik
Hilangnya ingatan setelah keadaan hipnotik atau informasi yang disimpan pada memori jangka panjang.
7. Transient global amnesia
Merupakan kehilangan sementara seluruh memori secara khusus disertai anterograde amnesia dan juga retrograde amnesia ringan.

2.4.3.4 Manifestasi Klinis
Gambaran yang sangat umum pada amnesia dissociative adalah kehilangan ingatan. Segera setelah terjadi amnesia, seseorang bisa kelihatan bingung. Kebanyakan orang dengan amnesia dissociative setidaknya depresi atau sangat menderita karena amnesia mereka.
(http://www.emedicine.com/neuro/tropic380.html)
Gejala utamanya adalah ketidak mampuan mempelajari ha-hal baru (amnesia anterograde) atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya (amnesia retrograde). Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, bahkan pada kasus yang berat, orientasi tempat dan waktu juga terganggu. Namun, orientasi orang jarang terganggu. Daya ingat jangka panjang yang meliputi pengalaman masa kecil tidak terganggu. Daya ingat segera masih baik. Gejala penyerta lainnya antara lain perubahan kepribadian, apatis, kurang inisitif, agitasi dan kebingungan. Pasien tidak mempunyai tilikan diri yang baik terhadap penyakitnya (Arif Mansjoer, 2001; 192-193).

2.4.3.5 Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Dapat timbul secara segera seperti pada trauma dan penyakit cerebrovaskular dapat juga timbul secara bertahap pada kekurangan nutrisi dan tumor otak. Durasinya dapat singkat, kurang dari sebulan (amnesia transien) atau lebih dari sebulan (amnesia peristen) (Arif Mansjoer, 2001; 193).

2.4.3.6 Penatalaksanaan
Terutama ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, pendekatan bersifat suportif yang berkaitan dengan waktu dan tempat akan sangat membantu pasien dan mengurangi rasa cemasnya, setelah episode amnesia teratasi, beberapa jenis psikoterapi (kognitif, psikodinamika atau suporatif) mungkin dapat membantu pasien (Arif Mansjoer, 2001; 193).
Untuk mempercepat pemulihan amnesia biasanya diberikan terapi atau obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Diluar terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman bagi penderita. Kebanyakan penderita amnesia justru sembuh bukan diruang praktek, namun ketika menjalani kehidupan secara normal (http://id.wikipedia.org/wiki.amnesia).
Dokter memulai pengobatan dengan membantu orang tersebut untuk merasa aman dan terjamin. Jika ingatan yang hilang tidak secara spontan teringat, atau jika kebutuhan untuk mengingat ingatan tersebut mendesak, teknik mengingat kembali sering kali berhasil. Menggunakan hipnotis atau wawancara yang diawali dengan obat (wawancara dilakukan setelah orang tersebut tenang dengan obat secara infus seperti amobarbital atau midazolam), dokter menanyakan orang yang amnesia mengenai masa lalunya (http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=3095)

2.4.4 Gangguan Akibat Alkohol dan Obat/Zat
Konsep ketergantungan obat meliputi ketergantungan perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku menekankan pada aktifitas mencari-cari zat sedangkan ketergantungan fisik menekankan efek fisiologis dari penggunaan zat berulang.
Kekurangan zat ditandai oleh sekurangnya satu gejala spesifik yang menyatakan bahwa penggunaan zat telah mempengaruhi kehidupan seseorang (Arif Mensjoer, 2001; 193)
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah (stuart &s udden, 1995, diunduh dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuahan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza)

2.4.4.1 Etiologi
Ketergantungan zat disebabkan oleh pemakaian zat dalam pola yang berlebihan secara umum, perilaku mencari obat dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2.1 Alur ketergantungan zat

Dalam website dengan alamat
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza, menyebutkan proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan ketergantungan zat memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu : opiat, amfetamin,canabis dan alkohol.
1. Rentang respon kimiawi
Perlu diingat bahwa pada rentang respon tidak semua individu yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang menggunakan zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan (Stuart & sundeen, 1995, Stuart & laraia, 1998, diunduh dari http://kuliah bidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza).
2. Perilaku
3. Faktor penyebab
Faktor penyebab pada klien penyalahgunaan dan ketergantungan napza meliputi :
1) Faktor biologic
(1) Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan narkoba.
(2) Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
2) Faktor psikologic
(1) Tipe kepribadian ketergantungan.
(2) Harga diri rendah biasanya sering berhybyngan dengan penganiayaan waktu masa kanak-kanak.
(3) Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan.
(4) Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit.
(5) Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi.
3) Faktor sosiokultural
(1) Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat.
(2) Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol dan mariyuana.
(3) Sikap, nilai, norma dan sanksi cultur.
(4) Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil.

2.4.4.2 Manifestasi Klinis
Pada dasarnya terdapat dua konsep ketergantungan zat, yaitu ketergantungan perilaku dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku diperlihatkan dengan aktifitas mencari zat. Ketergantungan fisik diperlihatkan dari efek fisik dari episode multipel penggunaan zat (Arif Mansjoer, 2001; 195).

2.4.4.3 Penatalaksanaan
Pendekatan pengobatan untuk penyalahgunaan zat bervariasi menurut zat, pola penyalahgunaan, tersedianya sistem pendukung dan ciri individual pasien. Tujuan utama pengobatan adalah abstinensi zat serta mencapai kesehatan fisik psikiatrik dan psikososial.
Pendekatan pengobatan awal dapat dilakukan dengan rawat inap atau rawat jalan. Pengiobatan rawat inap diindikasikan pada adanya gejala medis atau psikiatrik yang parah, suatu riwayat gagalnya pengobatan rawat jalan, tidak adanya dukungan psikosoasial atau riwayat penggunaan zat yang parah atau berlangsung lama.
Pada beberapa kasus penggunaan obat psikotropik mungkin diindikasikan untuk menghalangi pasien menggunakan zat yang disalahgunakan, untuk menurunkan efek putus zat, atau untuk mengobati suatu perkiraan gangguan psikiatrik dasar. Kadang-kadang psikoterapi diperlukan. (Arif Mansjoer, 2000; 195).

DAFTAR PUSTAKA

Amnesia disosiatif diunduh dari
http;//medicastore.com/indeks.php?mod=penyakit&id=3095

Arif Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, EGC

Arif Mansjoer (2000), Kapita selekta kedokteran Ed III, Jilid 2. FKUI: Media Aesculapius

Demensia. diunduh dari
http://medicastore.com/index.php/mod=penyakit&id=698

Guze, Barry, M. D. (1997), Buku Psikiatri, Jakarta, EGC

Maramis (1995), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga University Press

http://www.idijakbar.com/prosiding/delirium.htm-4.

http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-mental.htm.

http://wikipedia.org/wiki/amnesia/2008.

http://spiritia.or.id/est/delirium.

Rusdi Maslim, (1993), Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, FK Unika Atmaya

Stuart dan sudeen,stuart dan laraia.1995 dan 1998.Pengertian penyalahgunaan zat diunduh dari http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zat-napza

___.2003.Asuhan keperawatan pada pasien gangguan kognitif dan mental organik.diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-siti%20saidah2.pdf