ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN “GLAUKOMA KONGENITAL”
A. Definisi
Glaukona
kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola
mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg.
Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari pada glaukoma
pada orang dewasa. Frekuensinya kira-kira 0,01 % diantara 250.000 penderita.
B. Dinamika
aquos humor
Pembentukan
aquos humor pada taju siliar dari badan
siliar, lalu mengalir ke bilik mata belakang, melalui pupil ke bilik mata
depan, kemudian ke sudut bilik mata depan masuk ke sistim pembuangan yaitu
trabekular meshwork, kaal schlemm, saluran intra sklera kemudian dibuangke
vena-vena episklera dan konyungtiva.
Pembentukan : Badan siliar (taju siliar)
Bilik mata belakang (BMB)
Pupil
Pengaliran
Bilik mata depan
(BMD)
Sudut bilik mata depan
Trabekular meshwork
Kanal Schlemm
Pembuangan
Saluran-saluran intra sklera
Sistim vena episklera & konyungtiva
Gangguan
dinamika akuos humor :
1. Pembentukan yang berlebihan : jarang
terjadi.
2. Hambatan pengaliran :
1) Blok pada pupil
2) Suduk bilik mata depan
tertutup
3)
Keadaan ini biasanya mendadak (akut) TIO sangat tinggi, timbul glaukoma akut.
3. Hambatan pada pembuangan
1) Pada trabekular meshwork
2) Kanal schlemm
3) Saluran intra sklera
4) Sudut bilik mata depat tetap
terbuka
5)
Hambatan pembuangan mengakibatkan naiknya TIO secara perlahan sehingga timbuk
glaukoma kronis.
C. Klasifikasi
:
Glaukoma primer
·
Paling sering
·
Penyebab tidak diketahui
·
Didapatkan pada orang yang memiliki
bakat glaukoma (struktur) yang berhubungan dengan sirkulasi / reabsorbsi /
outflow aquoshumor mengalami perubahan patologis / degeneratif.
·
Gangguan pengeluaran aquos humor (BMD
sempit).
·
Kelainan pertumbuhan sudut BMD
(ganiosdisgenesis = Trabekulogenesis, iridogenesis, korniodigenesis)
Glaukoma
primer dapat dibagi :
1.
Glaukoma sudut terbuka (simplek) kronis
·
Paling sering (90%)
·
Bilateral, salah satu lebih berat
·
Tidak ada gejala pada tahap awal
·
Sudut BMDterbuka normal
·
Ada hambatan aliran aquos humor Jika
jangka lama :
·
Syaraf optik degenerasi
·
Degenerasi sel ganglion
·
Atropi iris dan siliare,degenerasi
prosesus.
·
Pembuluh darah papil bergeser ke nasal
dan daerah papil yang terkena atropi (warna putih abu-abu bukan merah jambu).
·
Diturunkan secara genetik
·
Resiko pada : Individu umur > 40
tahun
·
Klien mengeluh stadium lanjut
·
Mata terasa berat, pusing
·
Penglihatan kabur
·
Halo disekitar cahaya.
·
Tanda-tanda lain :
·
Kelainan lapang pandang dan papil syaraf
·
Membesarnya titik buta
·
Skotoma bjerum (bentuk busur yang
berhubungan dengan bintik buta).
·
Pemeriksaan diagnostik
·
Tonometri
·
Pemeriksaan okuler (ganioskopi).
2.
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma
akut / Glaukoma sudut sempit
·
Sedikit terjadi
·
Onset terjadi tiba-tiba (gawat darurat)
·
Mekanisme dasar
Penyempitan
sudut dan perubahan bentuk iris ke anterior akan menekan
kornea dan menekan sudut mata yang akan menyebabkan aquor humor tidak bisa mengalir keluar
(BMD meningkat).
·
Bersifat acut / sub acut / kronis.
·
Glaukoma sudut tertutup kronis
·
Nyeri beberapa jam (hilang kalau tidur
sebentar)
·
Oleh karena peningkatan TIO (> 75
mmHg)
Halo
disekitar cahaya
Headache,
mual, muntah, bradikardi (reflek okulokardiak)
Penglihatan
kabur dan berkabut, oedema kornea.
·
Penurunan lapang pandang
·
Mata : tanda kongesti / peradangan
Kelopak
mata bengkak, mata merah.
TIO
sangat tinggi : pupil dilatasi, kornea suram, dan oedema, papil optik
hiperemis, oedema, mata keras.
Lensa
keruh
Tajam
penglihatan turun
Klien
terlihat sakit berat.
·
Resiko pada klien
a.
Klien hipermetropia
b.
Lansia : lensa membesar.
·
Pemeriksaan diagnostik
a.
Tonometri
b.
Pemeriksaan okular
c.
Ganioskopi (BMD )
d.
Uji profokasi:
·
Uji kamar gelap
Klien
duduk 1 jam, Tidak tidur jika TIO meningkat 8 mmHg : hambatan aliran jika pupil
dilatasi.
·
Uji posisi tengkurap
Jika TIO
meningkat 8-10 mmHg GS tertutup , pastikan dengan ganioskopi.
D. Phatofisiologi
Glaukoma
kongenital disebabkan adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata
(intraokuler) yang disertai dengan kelainan struktur segmen depan bola mata.
Kelainan ini menyebabkan air mata terbendung dan mengakibatkan peninggian
tekanan bola mata. Selanjutnya peninggian tekanan bola mata menyebabkan iris
bengkak dan meradang, menyebabkan gangguan penglihatan. Selain itu, peninggian
tekanan bola mata menyebabkan kelainan kornea sehingga terjadi diameter kornea
lebih besar, dan pandangan kabur.
E. Penatalaksanaan
Pemeriksaan mata yang
dilakukan meliputi :
·
Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer)
·
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
·
Pemasangan
ahmed valve untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl
methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam.Ahmed valve ditanamkan
pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg
maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar,
sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup
kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
I.
PENGKAJIAN
i.
Biodata
Nama : An.M
Umur : 6 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Suku
/ bangsa : Indonesia
Agama :Islampendidikan
Alamat : Jl.Dr.Soebandi no.9 jember
Penanggung
jawab: Ny.Ratna
ii.
Riwayat
kesehatan sekarang:
a). Keluhan Utama :
takut
sinar matahari /silau, bola mata membesar
b). Sifat Keluhan :
tidak terkaji
c). Keluhan Yang Menyertai :
klien pusing dan mata mengeras
iii.
Riwayat
Kesehatan Yang Lalu: sejak
lahir anaknya sudah takut pada sinar matahari, dan sering merengek karna nyeri
pada bagian mata.
iv.
Riwayat
Kesehatan Keluarga:
Ibu klien pernah menderita penyakit glaukoma konginental
Ibu klien pernah menderita penyakit glaukoma konginental
v.
Pemeriksaan
fisik
Ø Pemeriksaan
tajam penglihatan
Tidak terkaji
Ø Kedudukan
bola mata
Normal —— sejajar ( orthoforia )
Ø Gerak bola
mata
Terganggu karena peradangan
Ø Palpebra
Superior
Merah
Inferior
Bengkak,merah
Ø Konjungtiva
Warna : merah-peradangan
Ø Kornea
Kanan : Erosi – Stapilo kornea ( korneo menonjol )
Ø Sklera
Tidak terkaji
Ø Iris
Bengkak dan meradang
Ø Pupil
Tidak terkaji
Ø Lensa
Tidak terkaji
vi.
Data
Penunjang
Dari hasil laborat diketahui TIO lebih dari 21 mmHg
II.
Analisa
Data
No.
|
Kelompok Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Ds : ibu klien mengatakan sejak lahir anaknya
takut sinar/ silau.
Do : bola mata besar, kornea TIO lebih dari 21
mmHg
|
Air mata terbendung
↓
Peningkatan TIO
↓
Iris bengkak dan meradang
↓
Diameter kornea lebih besar
↓
Nyeri
|
Nyeri akut
|
III.
Nursing
Care Plan
No.
|
Dx.Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan iris
dan meradang yang ditandai dengan peningkatan TIO lebih dari 21mmHg,skala
nyeri 3-4
|
Setelah dilakukan perawatan selama 6x24 jam
diharapkan nyeri berkurang
KH :
-Tidak
mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
-Tingkat nyeri
anak berkurang atau hilang.
-penurunan
TIO menjadi 19 mmHg
|
·
Jelaskan pada klien dan keluarga
tindakan yag akan dilakukan
·
Kaji skala nyeri
·
Kolaborasikan dengan dokter dan Jalankan
advice dokter
·
Ukur TIO dengan tonometer
·
Berikan obat tetes mata
dan dilanjutkan pemberian obat analgesic
|
·
Klien dan
keluarga dapat mengerti tindakan yang akan dilakukan
·
Mengetahui
tingkat nyeri klien
·
Mengetahui
tindakan selanjutnya dengan Pemberian obat dari dokter
·
Mengetahui perubahan TIO
·
Obat tetes mata dapat mengobati mata
merah dan analgesic dapat mengurangi nyeri
|
IV.
Implementasi
No.
|
Tgl/jam
|
Tindakan Keperawatan
|
TTD
|
1
|
01-04-2011
10-15 WIB
|
·
Menjelaskan pada klien dan keluarga
tindakan yag akan dilakukan
R
: klien dan kelurga mengerti tindakan yang akan
dilakukan
·
Mengkaji skala nyeri
R
: klien menyatakan skala nyerinya antara 3-4
·
Memberikan obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat amoxilin.
R : klien menangis dan
meminum obat yang diberikan.
·
Mengukur TIO menggunakan tonometer
R
: TIO menurun menjadi 19 mmHg
|
|
V.
Evaluasi
No.
|
Tgl/jam
|
Evaluasi
|
1
|
07-04-2011
08:00 WIB
|
S : ibu klien mengatakan bola mata anaknya
mengecil dan pembekakan berkurang
O : setelah dilakukan asuhan keperawatan,TIO
menurun menjadi 19 mmHg dan skala nyeri menurun menjadi 1-2
A : tujuan asuhan keperawatan tercapai sebagian
P : lanjutkan perawatan dengan memberikan
analgesik
|
DAFTAR
PUSTAKA
(Manjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhim,
dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 1999.
Jakarta: Media Aeskulapius FKUI.)
Smirniotopoulos JG, Bargallo N, Mafee MF. Differential diagnosis of
leukokoria: radiologic-pathologic correlation. RadioGraphics 1994; 14(9):
1059-79.
Lohmann DR & Gallie BL. Retinoblastoma; Gene Review.
National institute of Health. Cited from www.ncbi.nlm.nih.gov.com [Dec 1,
2008, 2:38] May 2007.
Fredrick DR. Special subjects of pediatric interest. In: Vaughan D, Asbury
T, Riordan-Eva P, editors. General ophthalmology. 15th ed. Stanford: Prentice
Hall International. 1999. pp.336-8.
Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 6. Jakarta,
1993.
Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1985.
Vaughann DG, Asbury T, Riordan-Eva P.General
Opthalmology. 4th edition. Connecticut: AppletonLange1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar