Kamis, 31 Mei 2012

ASKEP GLAUKOMA


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN “GLAUKOMA KONGENITAL”

A.    Definisi
Glaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang dari pada glaukoma pada orang dewasa. Frekuensinya kira-kira 0,01 % diantara 250.000 penderita.
B.     Dinamika aquos humor
Pembentukan aquos humor pada taju siliar dari badan siliar, lalu mengalir ke bilik mata belakang, melalui pupil ke bilik mata depan, kemudian ke sudut bilik mata depan masuk ke sistim pembuangan yaitu trabekular meshwork, kaal schlemm, saluran intra sklera kemudian dibuangke vena-vena episklera dan konyungtiva.
       Pembentukan  : Badan siliar (taju siliar)

Bilik mata belakang (BMB)

Pupil
Pengaliran
Bilik mata depan (BMD)


 
Sudut bilik mata depan


 
Trabekular meshwork


 
Kanal Schlemm
Pembuangan
Saluran-saluran intra sklera

Sistim vena episklera & konyungtiva





            Gangguan dinamika akuos humor :
1. Pembentukan yang berlebihan : jarang terjadi.
2. Hambatan pengaliran :
1) Blok pada pupil
2) Suduk bilik mata depan tertutup
            3) Keadaan ini biasanya mendadak (akut) TIO sangat tinggi, timbul glaukoma akut.
3. Hambatan pada pembuangan
1) Pada trabekular meshwork
2) Kanal schlemm
3) Saluran intra sklera
4) Sudut bilik mata depat tetap terbuka
5) Hambatan pembuangan mengakibatkan naiknya TIO secara perlahan sehingga timbuk glaukoma kronis.

C. Klasifikasi :
Glaukoma primer
·         Paling sering
·         Penyebab tidak diketahui
·         Didapatkan pada orang yang memiliki bakat glaukoma (struktur) yang berhubungan dengan sirkulasi / reabsorbsi / outflow aquoshumor mengalami perubahan patologis / degeneratif.
·         Gangguan pengeluaran aquos humor (BMD sempit).
·         Kelainan pertumbuhan sudut BMD (ganiosdisgenesis = Trabekulogenesis, iridogenesis, korniodigenesis)
Glaukoma primer dapat dibagi :
1.      Glaukoma sudut terbuka (simplek) kronis
·         Paling sering (90%)
·         Bilateral, salah satu lebih berat
·         Tidak ada gejala pada tahap awal
·         Sudut BMDterbuka normal
·         Ada hambatan aliran aquos humor Jika jangka lama :
·         Syaraf optik degenerasi
·         Degenerasi sel ganglion
·         Atropi iris dan siliare,degenerasi prosesus.
·         Pembuluh darah papil bergeser ke nasal dan daerah papil yang terkena atropi (warna putih abu-abu bukan merah jambu).
·         Diturunkan secara genetik
·         Resiko pada : Individu umur > 40 tahun
·         Klien mengeluh stadium lanjut
·         Mata terasa berat, pusing
·         Penglihatan kabur
·         Halo disekitar cahaya.
·         Tanda-tanda lain :
·         Kelainan lapang pandang dan papil syaraf
·         Membesarnya titik buta
·         Skotoma bjerum (bentuk busur yang berhubungan dengan bintik buta).
·         Pemeriksaan diagnostik
·         Tonometri
·         Pemeriksaan okuler (ganioskopi).
2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma akut / Glaukoma sudut sempit
·         Sedikit terjadi
·         Onset terjadi tiba-tiba (gawat darurat)
·         Mekanisme dasar
Penyempitan sudut dan perubahan bentuk iris ke anterior akan menekan kornea dan  menekan sudut mata yang akan menyebabkan aquor humor tidak bisa mengalir keluar (BMD meningkat).
·         Bersifat acut / sub acut / kronis.
·         Glaukoma sudut tertutup kronis
·         Nyeri beberapa jam (hilang kalau tidur sebentar)
·         Oleh karena peningkatan TIO (> 75 mmHg)
Halo disekitar cahaya
Headache, mual, muntah, bradikardi (reflek okulokardiak)
Penglihatan kabur dan berkabut, oedema kornea.
·         Penurunan lapang pandang
·         Mata : tanda kongesti / peradangan
Kelopak mata bengkak, mata merah.
TIO sangat tinggi : pupil dilatasi, kornea suram, dan oedema, papil optik hiperemis, oedema, mata keras.
Lensa keruh
Tajam penglihatan turun
Klien terlihat sakit berat.
·         Resiko pada klien
a.       Klien hipermetropia
b.      Lansia : lensa membesar.
·         Pemeriksaan diagnostik
a.       Tonometri
b.      Pemeriksaan okular
c.       Ganioskopi (BMD )
d.      Uji profokasi:
·         Uji kamar gelap
Klien duduk 1 jam, Tidak tidur jika TIO meningkat 8 mmHg : hambatan aliran jika pupil dilatasi.
·         Uji posisi tengkurap
Jika TIO meningkat 8-10 mmHg GS tertutup , pastikan dengan ganioskopi.

D. Phatofisiologi
            Glaukoma kongenital disebabkan adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata (intraokuler) yang disertai dengan kelainan struktur segmen depan bola mata. Kelainan ini menyebabkan air mata terbendung dan mengakibatkan peninggian tekanan bola mata. Selanjutnya peninggian tekanan bola mata menyebabkan iris bengkak dan meradang, menyebabkan gangguan penglihatan. Selain itu, peninggian tekanan bola mata menyebabkan kelainan kornea sehingga terjadi diameter kornea lebih besar, dan pandangan kabur.

E. Penatalaksanaan
Pemeriksaan mata yang dilakukan meliputi :
·         Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer)
·         Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus dan teratur.
·         Pemasangan ahmed valve untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam.Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.


   I.            PENGKAJIAN
                            i.            Biodata
Nama                     : An.M
Umur                     : 6 tahun
Jenis kelamin         : Laki-laki
Suku / bangsa        : Indonesia
Agama                   :Islampendidikan
Alamat                  : Jl.Dr.Soebandi no.9 jember
Penanggung jawab: Ny.Ratna
                          ii.            Riwayat kesehatan sekarang:
a). Keluhan Utama       : takut sinar matahari /silau, bola mata membesar
b).  Sifat Keluhan           : tidak terkaji

c). Keluhan Yang Menyertai   : klien pusing dan mata mengeras

                        iii.            Riwayat Kesehatan Yang Lalu: sejak lahir anaknya sudah takut pada sinar matahari, dan sering merengek karna nyeri pada bagian mata.
                        iv.            Riwayat Kesehatan Keluarga:
Ibu klien pernah menderita penyakit glaukoma konginental
                          v.            Pemeriksaan fisik
Ø  Pemeriksaan tajam penglihatan
Tidak terkaji
Ø  Kedudukan bola mata
Normal —— sejajar ( orthoforia )
Ø  Gerak bola mata
Terganggu karena peradangan
Ø  Palpebra
Superior
Merah
Inferior
Bengkak,merah
Ø  Konjungtiva
Warna : merah-peradangan

Ø  Kornea
Kanan : Erosi – Stapilo kornea ( korneo menonjol )
Ø  Sklera
Tidak terkaji
Ø  Iris
Bengkak dan meradang
Ø  Pupil
Tidak terkaji
Ø  Lensa
Tidak terkaji
                        vi.            Data Penunjang
Dari hasil laborat diketahui TIO lebih dari 21 mmHg




II.            Analisa Data
No.
Kelompok Data
Etiologi
Masalah
1
Ds : ibu klien mengatakan sejak lahir anaknya takut sinar/ silau.

Do : bola mata besar, kornea TIO lebih dari 21 mmHg
Air mata terbendung
Peningkatan TIO
Iris bengkak dan meradang
Diameter kornea lebih besar
Nyeri
Nyeri akut

III.            Nursing Care Plan
No.
Dx.Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan iris dan meradang yang ditandai dengan peningkatan TIO lebih dari 21mmHg,skala nyeri 3-4
Setelah dilakukan perawatan selama 6x24 jam diharapkan nyeri berkurang
KH :
-Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
-Tingkat nyeri anak berkurang atau hilang.
-penurunan TIO menjadi 19 mmHg
·         Jelaskan pada klien dan keluarga tindakan yag akan dilakukan

·         Kaji skala nyeri


·         Kolaborasikan dengan dokter dan Jalankan advice dokter



·         Ukur TIO dengan tonometer


·         Berikan obat tetes mata dan dilanjutkan pemberian obat analgesic

·         Klien dan keluarga dapat mengerti tindakan yang akan dilakukan
·         Mengetahui tingkat nyeri klien
·         Mengetahui tindakan selanjutnya dengan Pemberian obat dari dokter
·         Mengetahui perubahan TIO



·         Obat tetes mata dapat mengobati mata merah dan analgesic dapat mengurangi nyeri




IV.            Implementasi
No.
Tgl/jam
Tindakan Keperawatan
TTD
1
01-04-2011
10-15 WIB
·         Menjelaskan pada klien dan keluarga tindakan yag akan dilakukan
R : klien dan kelurga mengerti tindakan yang akan dilakukan
·         Mengkaji skala nyeri
R : klien menyatakan skala nyerinya antara 3-4
·         Memberikan obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat amoxilin.
R : klien menangis dan meminum obat yang diberikan.
·         Mengukur TIO menggunakan tonometer
R : TIO menurun menjadi 19 mmHg



V.            Evaluasi
No.
Tgl/jam
Evaluasi
1
07-04-2011
08:00 WIB
S : ibu klien mengatakan bola mata anaknya mengecil dan pembekakan berkurang

O : setelah dilakukan asuhan keperawatan,TIO menurun menjadi 19 mmHg dan skala nyeri menurun menjadi 1-2

A : tujuan asuhan keperawatan tercapai sebagian

P : lanjutkan perawatan dengan memberikan analgesik

DAFTAR PUSTAKA

(Manjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhim, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 1999. Jakarta: Media Aeskulapius FKUI.)
Smirniotopoulos JG, Bargallo N, Mafee MF. Differential diagnosis of leukokoria: radiologic-pathologic correlation. RadioGraphics 1994; 14(9): 1059-79.
Lohmann DR & Gallie BL. Retinoblastoma; Gene Review. National institute of Health. Cited from www.ncbi.nlm.nih.gov.com [Dec 1, 2008, 2:38] May 2007.
Aventura ML. Retinoblastoma. Cited from www.eMedicine.com [Dec 1, 2008, 15:12] Feb 16,2006.
Fredrick DR. Special subjects of pediatric interest. In: Vaughan D, Asbury T, Riordan-Eva P, editors. General ophthalmology. 15th ed. Stanford: Prentice Hall International. 1999. pp.336-8.
Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 6. Jakarta, 1993.
Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1985.

Vaughann DG, Asbury T, Riordan-Eva P.General Opthalmology. 4th edition. Connecticut: AppletonLange1995.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar