Konsep Pengembangan Desain Pembelajaran Model Dick and Carey
Oleh: Eko Prabowo
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar,
pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal
meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar),
materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua
berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka
perlu mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari
hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen
tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition
of Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi
behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara
eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh
Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2) types of
learning outcomes, 3) internal conditions and external conditions.
Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai kegiatan desain
pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih
kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti
Morrison, Ross, & Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp
juga memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit
berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang
sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan yaitu
perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses. Sedangkan
komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods, dan
evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan) rencana
desain pembelajaran.
Model
Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan
tujuanya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey
menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang
satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan
berikutnya.
Langkah
awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana
tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata
pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau
siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi
pada akhir pembelajaran, (2) adanta pertutan antara tiap komponen khususnya
strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan
langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
Seperti yang diuraikan
sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional
Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10
tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus
tahapan ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori
penelitian ini dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem pembelajaran
Dick, Carey, and Carey:
Langkah-langkah
pengembangan desain Instruksional menurut dick dan carey :
1. Identifikasi
Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar pebelajar
dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program Instruksional.
Tujuan Instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis
kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs
assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar,
dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis),
atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru.
2. Melakukan
Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).
Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuanke dalam ranah belajar Gagne,
menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka
melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan / subordinat).
Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry
behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua
keterampilan yang telah diidentifikasi.
3. Analisis
Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts).
Langkah ini melakukan analisis pembelajar, analisis konteks di mana
mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya.
Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan
digunakan untuk merancang strategi Instruksional.
4.
Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives).
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang
diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan
yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan
kriteria untuk kinerja yang sukses.
5.
Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments).
Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah
mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk
mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama
berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan
penilaian yang diminta.
6.
Pengembangan Strategi Instruksional (Develop Instructional Strategy).
Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk
mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan praInstruksional, presentasi
isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
7.
Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select
Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan Instruksional kita sudah termasuk
segala bentuk Instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi,
kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web untuk Instruksional
jarak jauh. maksudnya bahan memiliki konotasi.
8.
Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and
Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga
jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil,
dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang
berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik
serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau
Instruksional di kelas.
9. Revisi
Instruksional (Revise Instruction).
Strategi
Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan
ke dalam revisi Instruksional untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih
efektif.
10.
Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct
Summative Evaluation).
Hasil-hasil
pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/
diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar