Kamis, 31 Mei 2012

Managemen Keperawatan


MODEL ASUHAN KEPERWATAN PROFESIONAL

DEFINISI
System MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsure, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system MAKP (Nursalam, 2002).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PERUBAHAN MAKP
Nursalam (2007), menyatakan ada beberapa factor yang berhubungan dalam perubahan MAKP. Beberapa factor tersebut adalah:
1.      Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a.       Meningakatkan asuhan keperawatan kepada pasien
b.      Menghasilkan keuntungan (pendapatan institusi
c.       Mempertahankan eksistensi institusi
d.      Meningkatkan kepuasan kerja
e.       Meningkatkan kepuasan konsumen/pelanggan
f.       Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar
2.      Standar praktik keperawatan
Dalam Joint Commission on Accreditation of Health Care Organisation dalam Nursalam (2007), terdapat 8 standar tentang asuhan keperawatan yang meliputi:
a.       Menghargai hak-hak pasien
b.      Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit
c.       Observasi keadaan pasien
d.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e.       Asuhan pada tindakan non operatif dan administrative
f.       Asuhan pada tindakan operatif dan prosedur invasive
g.      Pendidikan kepada pasien dan keluarga
h.    &nbrp; Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan
3.      Model praktik
Bebeapa model praktik keperawatan yang dikembangkan adalah:
a.       Praktik keperawatan di Rumah Sakit
b.      Praktik Keperawatan di rumah
c.       Praktik keperawatan berkelompok
d.      Praktik keperawatan individual


MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
1.      Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan
Karena dalam setiap perubahan akan berdampak pada suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan ( Marquis & Huston dalam Nursalam, 2002).
a.       Sesuai dengan visi dan misi institusi
b.      Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
c.       Efisien dan efektif penggunaan biaya
d.      Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e.       Kepuasan kinerja perawat
2.      Jenis model asuhan keperawatan professional
a.       Metoda kasus
Pada metoda ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat bergatung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan pasien (Sitorus, 2005).
b.      Metode fungsional
Pemberian asuhan keperawatan difokuskan pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilakukan kepada semua klien di satu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat, mengganti balutan, memantau infuse dll. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara holistic. Mutu sering terabaikan karena pemberian asuhan sering terfragmentasi (Sitorus, 2005).
Kelebihan:
1)      Manajemen klasik yang menekankan efisiensi,, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
2)      Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3)      Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas managerial, sedangkan perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman (Nursalam 2007)
Kelemahan:
1)      Tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat
2)      Pelayanan keperawatan menjadi terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
3)      Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja (Nursalam, 2007)


c.       Metoda TIM
Merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas dalam Sitorus, 2005). Metode tim didasarkan pada keyakinan pada setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Konsep pelaksanaan metode tim menurut Sitorus (2005):
1)      Ketua tim, sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat prioritas perencanaan, supervise dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim:
a)      Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan
b)      Mengoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis
c)      Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
d)     Mengevalusai pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikanya
2)      Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana asuhan keperawatan terjamin.
3)      Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4)      Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Kepal ruangan diharapkan telah:
a)      Menetapkan standar kinerja yang diharapkan oleh staf
b)      Membantu staf dalam menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
c)      Member kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
d)     Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
e)      Menjadi narasumber bagi ketua tim
f)       Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
g)      Menciptakan iklim komunikasi terbuka (Sitorus 2005)
5)      Tanggung jawab anggota tim
a)      Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya
b)      Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim
c)      Memberikan laporan (Nursalam, 2007)
Kelebihan Metode TIM
1)      Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2)      Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3)      Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim (Nursalam, 2002)

Kelemahan Metode TIM
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (Nursalam, 2002).
d.      Metode Keperawatan Primer
Menurut Gillies dalam Sitorus (2005), Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan kesinambungan antara pasien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan, selama klien dirawat. Ciri metode primer adalah: akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5 K, yaitu: kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi dan komitmen. Setiap perawat primer biasanya merawat 4-6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama pasien tersebut dirawat.
Konsep dasar metode primer
1)      Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2)      Ada otonomi
3)      Ketertiban pasien dan keluarga (Nursalam, 2002)
Tugas perawat primer:
1)      Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2)      Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3)      Melaksanakan rencana yang telah dia buat selama ia dinas
4)      Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5)      Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6)      Menerima dan menyesuaikan rencana
7)      Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8)      Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social yang ada di masyarakat
9)      Membuat jadual perjanjian klinik
10)  Mengadakan kunjungan rumah (Nursalam, 2007)
Peran kepala ruangan:
1)      Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2)      Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3)      Menyusun jadual dinas dan member penugasan pada perawat asisten
4)      Evaluasi kerja
5)      Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staf (Nursalam, 2007)
Kelebihan:
1)      Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2)      Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri (Nursalam, 2007)
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai (Nursalam, 2007)
3.      Ketenagaan dalam MAKP
Menurut Douglas dalam Sitorus (2005), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam tiga kategori:
a.       Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Criteria:
1)      Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2)      Makan dan minum dilakukan sendiri
3)      Observasi vital sign setiap jaga (Shift)
4)      Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
b.      Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria:
1)      Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2)      Observasi vital sign setiap 4 jam
3)      Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4)      Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat
5)      Pasien dengan infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
c.       Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam
1)      Semua keperluan pasien dibantu
2)      Perubahan posisi, observasi vital sign dilakukan setiap 2 jam
3)      Makan dan minum melalui selang, terapi intra vena
4)      Dilakukan penghisapan lender
5)      Gelisah dan disorientasi.
Contoh penghitungan jumlah tenaga perawatan
Jml
Pasien
Klasifikasi Pasien
Minimal
Parsial
Total
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
Dst









Sumber: Douglas dalam Sitorus (2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar