MODEL ASUHAN KEPERWATAN PROFESIONAL
DEFINISI
System MAKP adalah
suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsure, yakni: standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan dan system MAKP (Nursalam, 2002).
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DALAM PERUBAHAN MAKP
Nursalam (2007),
menyatakan ada beberapa factor yang berhubungan dalam perubahan MAKP. Beberapa
factor tersebut adalah:
1. Kualitas
pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan, selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat
diperlukan untuk:
a.
Meningakatkan asuhan keperawatan kepada
pasien
b.
Menghasilkan keuntungan (pendapatan
institusi
c.
Mempertahankan eksistensi institusi
d.
Meningkatkan kepuasan kerja
e.
Meningkatkan kepuasan konsumen/pelanggan
f.
Menjalankan kegiatan sesuai
aturan/standar
2. Standar
praktik keperawatan
Dalam Joint Commission on Accreditation
of Health Care Organisation dalam Nursalam (2007), terdapat 8 standar tentang
asuhan keperawatan yang meliputi:
a.
Menghargai hak-hak pasien
b.
Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah
sakit
c.
Observasi keadaan pasien
d.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e.
Asuhan pada tindakan non operatif dan
administrative
f.
Asuhan pada tindakan operatif dan
prosedur invasive
g.
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
h. &nbrp;
Pemberian asuhan secara terus menerus
dan berkesinambungan
3. Model
praktik
Bebeapa model praktik keperawatan yang
dikembangkan adalah:
a.
Praktik keperawatan di Rumah Sakit
b.
Praktik Keperawatan di rumah
c.
Praktik keperawatan berkelompok
d.
Praktik keperawatan individual
MODEL
ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
1. Dasar
pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan
Karena dalam setiap perubahan akan
berdampak pada suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam
penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan ( Marquis & Huston
dalam Nursalam, 2002).
a.
Sesuai dengan visi dan misi institusi
b.
Dapat diterapkannya proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan
c.
Efisien dan efektif penggunaan biaya
d.
Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga
dan masyarakat
e.
Kepuasan kinerja perawat
2. Jenis
model asuhan keperawatan professional
a.
Metoda kasus
Pada
metoda ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada seorang klien
secara total dalam satu periode dinas. Jumlah pasien yang dirawat oleh satu
perawat bergatung pada kemampuan perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan
pasien (Sitorus, 2005).
b.
Metode fungsional
Pemberian
asuhan keperawatan difokuskan pada penyelesaian tugas dan prosedur. Setiap
perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilakukan kepada semua klien di
satu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat,
mengganti balutan, memantau infuse dll. Prioritas utama yang dikerjakan adalah
kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan secara holistic.
Mutu sering terabaikan karena pemberian asuhan sering terfragmentasi (Sitorus,
2005).
Kelebihan:
1) Manajemen
klasik yang menekankan efisiensi,, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik
2) Sangat
baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat
senior menyibukkan diri dengan tugas managerial, sedangkan perawatan pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman (Nursalam 2007)
Kelemahan:
1) Tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat
2) Pelayanan
keperawatan menjadi terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
3) Persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja
(Nursalam, 2007)
c.
Metoda TIM
Merupakan
metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas dalam Sitorus,
2005). Metode tim didasarkan pada keyakinan pada setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Konsep
pelaksanaan metode tim menurut Sitorus (2005):
1) Ketua
tim, sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat prioritas perencanaan, supervise
dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim:
a) Mengkaji
setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan
b) Mengoordinasikan
rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis
c) Membagi
tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan memberikan
bimbingan melalui konferensi
d) Mengevalusai
pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikanya
2) Komunikasi
yang efektif penting agar kontinuitas rencana asuhan keperawatan terjamin.
3) Anggota
tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran
kepala ruangan penting dalam metode tim. Kepal ruangan diharapkan telah:
a) Menetapkan
standar kinerja yang diharapkan oleh staf
b) Membantu
staf dalam menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
c) Member
kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
d) Mengorientasikan
tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
e) Menjadi
narasumber bagi ketua tim
f) Mendorong
staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
g) Menciptakan
iklim komunikasi terbuka (Sitorus 2005)
5) Tanggung
jawab anggota tim
a) Memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya
b) Kerja
sama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan
laporan (Nursalam, 2007)
Kelebihan
Metode TIM
1) Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung
pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan
komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan
kepada anggota tim (Nursalam, 2002)
Kelemahan
Metode TIM
Komunikasi
antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(Nursalam, 2002).
d.
Metode Keperawatan Primer
Menurut
Gillies dalam Sitorus (2005), Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan kesinambungan
antara pasien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam
perencanaan, pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan, selama klien dirawat.
Ciri metode primer adalah: akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi,
ketegasan, dan 5 K, yaitu: kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi dan
komitmen. Setiap perawat primer biasanya merawat 4-6 pasien dan bertanggung
jawab selama 24 jam selama pasien tersebut dirawat.
Konsep
dasar metode primer
1) Ada
tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada
otonomi
3) Ketertiban
pasien dan keluarga (Nursalam, 2002)
Tugas
perawat primer:
1) Menerima
pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2) Membuat
tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan
rencana yang telah dia buat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan
dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain
5) Mengevaluasi
keberhasilan yang dicapai
6) Menerima
dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan
penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan
rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social yang ada di
masyarakat
9) Membuat
jadual perjanjian klinik
10) Mengadakan
kunjungan rumah (Nursalam, 2007)
Peran
kepala ruangan:
1) Sebagai
konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2) Orientasi
dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun
jadual dinas dan member penugasan pada perawat asisten
4) Evaluasi
kerja
5) Merencanakan
dan menyelenggarakan pengembangan staf (Nursalam, 2007)
Kelebihan:
1) Bersifat
kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat
primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan
diri (Nursalam, 2007)
Kelemahan:
Hanya
dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai
(Nursalam, 2007)
3. Ketenagaan
dalam MAKP
Menurut Douglas dalam Sitorus (2005),
klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam tiga kategori:
a.
Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2
jam/24 jam. Criteria:
1) Kebersihan
diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan
dan minum dilakukan sendiri
3) Observasi
vital sign setiap jaga (Shift)
4) Pengobatan
minimal dengan status psikologis stabil
b.
Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4
jam/24 jam. Kriteria:
1) Kebersihan
diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi
vital sign setiap 4 jam
3) Ambulasi
dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Pasien
dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat
5) Pasien
dengan infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
c.
Perawatan total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam
1) Semua
keperluan pasien dibantu
2) Perubahan
posisi, observasi vital sign dilakukan setiap 2 jam
3) Makan
dan minum melalui selang, terapi intra vena
4) Dilakukan
penghisapan lender
5) Gelisah
dan disorientasi.
Contoh
penghitungan jumlah tenaga perawatan
Jml
Pasien
|
Klasifikasi
Pasien
|
||||||||
Minimal
|
Parsial
|
Total
|
|||||||
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
Pagi
|
Siang
|
Malam
|
|
1
|
0,17
|
0,14
|
0,07
|
0,27
|
0,15
|
0,10
|
0,36
|
0,30
|
0,20
|
2
|
0,34
|
0,28
|
0,14
|
0,54
|
0,30
|
0,20
|
0,72
|
0,60
|
0,40
|
Dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Douglas dalam Sitorus (2005)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar